Jika Taliban Bisa Mengelolanya, Afghanistan Bisa Jadi Arab Saudi Kedua
Survei Geologi Amerika Serikat satu dekade lalu mengidentifikasikan adanya cadangan sumber daya mineral yang diperkirakan bernilai 1 triliun dolar.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Guruh Budi Wibowo
TRIBUNPEKANBARU.COM - Afghanistan ternyata memiliki sumber daya mineral yang bisa mengubah negri perang itu sebagai Arab Saudi ke dua di bumi.
Survei Geologi Amerika Serikat satu dekade lalu mengidentifikasikan adanya cadangan sumber daya mineral yang diperkirakan bernilai 1 triliun dolar.
Selain sumber daya emas, perak dan platinum, Afghanistan memiliki cadangan bijih besi, uranium, zinc, tantalum, bauksit, batubara dan gas alam serta tembaga dalam jumlah yang signifikan.
Dilansir dari VOA, Beberapa laporan mengatakan Afghanistan berpotensi menjadi “Arab Saudi-nya litium,” karena memiliki cadangan bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan telepon selular dan baterai mobil listrik.
Namun Afghanistan sebagai Arab Saudi ke dua hanya bisa terwujud jika negeri itu terbebas dari konflik.
Dikutip dari Aljazeera, Taliban mulai mempromosikan hasil tambang di dalam perut bumi Afghanistan ke China untuk mendapatkan investasi dari negri sang naga.
Hal itu sebagai upaya Taliban dalam memperbaiki ekonomi Afghanistan selama masa transisi.
Jatuhnya Afghanistan ke Taliban membuat negara-negara Barat sangat membatasi pembayaran bantuan mereka ke negera tersebut.
Apalagi, Taliban belum membentuk pemerintahan yang sah.
Kendati demikian, Taliban telah memberi sinyal kepada dunia jika mereka akan lebih dekat dengan China.
Mereka menganggap China sebagai sahabat yang cocok untuk diajak berbisnis.
“China adalah mitra terpenting kami dan mewakili peluang fundamental dan luar biasa bagi kami, karena China siap untuk berinvestasi dan membangun kembali negara kami,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Kamis (2/9/2021) seperti dikutip dari Aljazeera.
Juru bicara Taliban sangat menghormati dan mengapresiasi Jalur Sutra Baru yang ditawarkan China.
Taliban pun dengan bangganya mengungkapkan mineral penting yang terkandung di perut bumi Afghanistan.
Afghanistan memiliki kekayaan mineral selain emas, perak, tembaga, seng, tantalum, bauksit, batu bara, gas alam.
Negri itu juga kaya dengan Plutonium dan uranium yang bisa digunakan dalam industri nuklir.
"China adalah akses kami ke pasar di seluruh dunia.” katanya.
Sementara itu, Andrew Small, rekan transatlantik senior di German Marshall Fund dari program Amerika Serikat Asia, mengatakan keterlibatan China di Afghanistan akan bergantung pada stabilitas politik.
“China tidak melakukan bantuan skala besar; itu akan memberikan bantuan secara sederhana, itu akan memberikan bantuan kemanusiaan dan itu tidak akan menyelamatkan pemerintah baru,” katanya kepada Al Jazeera.
“Ini mungkin melakukan beberapa investasi skala yang lebih kecil tetapi investasi jangka panjang itu akan bergantung pada stabilitas yang cukup di negara ini dan keamanan yang cukup di negara ini untuk berubah menjadi sesuatu yang layak secara ekonomi,” tambahnya.
“Jadi masih ada beberapa batasan untuk apa yang akan dilakukan Cina secara ekonomi, bahkan jika itu terus menyenangkan dan Taliban ingin dapat mengirimkan sinyal-sinyal ini bahwa Cina bersedia untuk ikut campur dalam skala besar,".(Tribunpekanbaru.com).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/ada-udang-di-balik-batu-pantas-saja-china-lengket-sama-taliban-ternya-negara-kungfu-incar-ini.jpg)