Kelakuan Pengungsi Afghanistan Buat Austria Kapok Hingga Ogah Terima Mereka Di Negri Mozart
Pengungsi Afghanstan mayoritas berpendidikan rendah dan memiliki nilai-nilai yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan penduduk negara lainnya.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Pasca Taliban berkuasa, gelombang pengungsi dari Afghanistan pun membanjiri sejumlah negara di Eropa.
Mirisnya, tak semua negara mau menerima para pengungsi Afghanistan.
Bukan karena rasis atau Islamofobia, namun kelakuan para pengungsi Afghanistan membuat sejumlah negara Eropa kapok.
Salah satu negara di Eropa yang enggan menampung pengungsi Afghanistan adalah Austria.
Austria menolak mengambil bagian untuk memberikan tempat tinggal kepada pengungsi Afghanistan.
Konselir Austria Sebastian Kurz mengatakan bahwa negaranya telah menampung banyak migran dari Afghanistan, seperti yang dilansir dari Russian Today pada Selasa (14/9/2021).
AS dan sekutunya telah menerbangkan lebih dari 123.000 warga sipil keluar dari ibu kota Kabul, setelah Afghanistan dikuasai Taliban pada 15 Agustus 2021.
Sebagian besar dari warga sipil yang dikeluarkan dari Kabul adalah warga Afghanistan yang diberikan suaka di Amerika dan Uni Eropa.
Uni Eropa memberikan kuota untuk memberikan tempat tinggal kepada 30.000 pengungsi Afghanistan.
Jerman dan Perancis menunjukkan keinginan untuk menerima pengungsi Afghanistan, sementara Austria adalah salah satu negara yang secara terang-terangan menolak memberikan tempat tinggal pengungsi Afghanistan tersebut.
"Kami tidak akan menyambut warga Afghanistan yang melarikan diri ke negara kami selama saya berkuasa," kata Kurz yang berulang pada Selasa (14/9/2021) dalam wawancaranya dengan surat kabar Italia La Stampa.
Ia menegaskan bahwa posisi pemerintah Austria dalam masalah penolakan pengungsi Afghanistan tersebut adalah "realistis" dan tidak berarti kurangnya solidaritas dengan negara Uni Eropa lainnya.
“Setelah lebih dari 44.000 tiba di negara kami dalam beberapa tahun terakhir, Austria telah menjadi tuan rumah bagi komunitas Afghanistan terbesar keempat di dunia” per kapita, kata kanselir Austria mengingatkan.
Politisi konservatif berusia 35 tahun itu mengatakan bahwa masalahnya adalah "integrasi warga Afghanistan sangat sulit" dan membutuhkan upaya ekstensif yang tidak dapat dilakukan Austria saat ini.
Pengungsi Afghanstan mayoritas berpendidikan rendah dan memiliki nilai-nilai yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan penduduk negara lainnya.
