Pelecehan Mahasiswi UNRI

Dekan FISIP UNRI Pilih 'Diam' Usai Diperiksa di Polda Riau Terkait Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Dekan FISIP UNRI, Syafri Harto yang diperiksa Polda Riau, mulai dari pagi hari dan baru keluar sekitar pukul 15.00 WIB memilih diam saat ditanya media

Penulis: Rizky Armanda | Editor: CandraDani
Tribun Pekanbaru
Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Mahasiswi UNRI Pekanbaru Dilimpahkan Ke Polda Riau 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU-Dekan FISIP UNRI, Syafri Harto, bungkam saat ditanyai wartawan yang menunggunya, usai menjalani pemeriksaan di Polda Riau terkait kasus dugaan pelecehan seksual, Rabu (10/11/2021).

Syafri Harto sebelumnya dilaporkan oleh mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI) FISIP UNRI berinisial L (21) ke Polresta Pekanbaru.

Mahasiswi itu membuat pengakuan mengejutkan lewat sebuah rekaman video yang diunggah di akun Instagram resmi Korps Mahasiswa HI (Komahi) UNRI, dengan nama akun @komahi_ur.

Mahasiswi itu mengaku telah dilecehkan oleh Syafri Harto, yang juga dosen pembimbingnya saat kegiatan bimbingan proposal skripsi.

Sontak, video tersebut pun viral dan menyita perhatian banyak.

Seiring proses, belakangan, kasus ini diambil alih penanganannya oleh Polda Riau.

Baca juga: Kasus Dugaan Pelecehan Mahasiswi, Dekan Fisip UNRI Dijadwalkan Diperiksa Penyidik Hari Ini

Baca juga: Kasus Dugaan Pelecehan Mahasiswi UNRI oleh Dekan Dibahas di Mata Najwa Hari Ini 10 November 2021

Pada hari ini, Safri Harto diperiksa oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Riau.

Ia menjalani pemeriksaan di Gedung Dittahti Polda Riau, mulai dari pagi hari dan baru keluar sekitar pukul 15.00 WIB.

Syafri Harto terlihat keluar dari Gedung Tahti Polda Riau, dengan sebagian wajahnya ditutup masker warna putih.

Ia menggunakan baju putih, dilapis rompi warna abu-abu kecoklatan bertuliskan Kemenparekraf/Baparekraf Republik Indonesia. Syafri Harto turut didampingi Penasehat Hukumnya, Ronal Regen.

Keluar dari Gedung Dittahti Polda Riau, Syafri Harto terus memegang telepon genggam dan menempelkannya ke telinga. Dia seperti sedang menelfon seseorang.

Ketika diwawancarai wartawan terkait pemeriksaan dirinya, ia enggan menjawab sepatah katapun. Syafri Harto memilih bungkam. Dia terus saja berjalan melenggang meninggalkan gedung Dittahti Polda Riau.

Baca juga: Dekan FISIP UNRI Laporkan Balik Mahasiswi Diduga Korban Pelecehan Seksual ke Polda Riau

Baca juga: Video: Korban Dugaan Pelecehan Seksual Dekan FISIP UNRI Resmi Melapor, Polisi Lakukan Penyelidikan

"Nanti, nanti saja," ucap seorang Penasehat Hukumnya.

Sementara itu, polisi telah mengumpulkan sejumlah barang bukti terkait kasus dugaan pelecehan seksual ini.

"Barang bukti ada beberapa yang sudah kita amankan," sebut Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto, Rabu (10/11/2021).

Disinggung apa saja barang bukti itu dan berapa jumlahnya, Sunarto belum bersedia membeberkan.

"Belum bisa disebutkan," tutur dia.

Sunarto menuturkan, sementara ini sudah 6 orang saksi yang dimintai keterangan. Termasuk korban.

"Yang diambil keterangan korban, kampus, dan keluarga korban," sebut Sunarto.

"Kemudian hari ini direncanakan pemanggilan terlapor (Syafri Harto, red) oleh penyidik kita," imbuh Kabid Humas.
Sebelumnya, L resmi melaporkan oknum Dekan FISIP UNRI, Syafri Harto, atas dugaan pelecehan seksual, Jumat (5/11/2021) pekan lalu ke Polresta Pekanbaru.

Sehari setelahnya, Sabtu (6/11/2021), Syafri Harto balik melaporkan L ke Polda Riau, atas dugaan pencemaran nama baik.

Tak hanya itu, Syafri Harto juga melaporkan akun Instagram @komahi_ur sebagai pihak yang pertama kali mengunggah video pengakuan korban terkait dugaan pelecehan seksual tersebut.

"Kemarin kita terima (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) dari Polresta (Pekanbaru) bahwa kasus ini dilimpahkan ke Polda Riau," kata Noval Setiawan, Pengacara Publik LBH Pekanbaru, pihak yang memberikan pendampingan hukum terhadap korban L, Selasa (9/11/2021).

Sementara untuk kondisi korban disebutkan Noval, sampai saat ini masih harus menjalani proses assessment bersama psikolog UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Pekanbaru.

"Korban saat ini masih belum stabil, masih ketakutan," ucapnya.(Tribunpekanbaru.com/Rizky Armada)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved