Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

China Tak Ambil Pusing Ketegangan Ukraina, Justru Semakin Akrab dengan Rusia, AS Malah Beri Ancaman

AS dibikin risih hubungan China dnegan Rusia. Sampai-sampai lontarkan ancaman jika China bisa menanggung juga akibatnya

Editor: Budi Rahmat
pixabay
Ilustrasi, Rusia-ukraina semakin memanas. China tak ambil pusing 

Dalam wawancara eksklusif dengan media India, Joseph Wu, menteri luar negeri Taiwan, mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina dapat mempengaruhi persaingan antara demokrasi dan kekuatan otoriter di kawasan Indo-Pasifik.

Taiwan secara khusus fokus pada apakah komunis China akan mengambil kesempatan untuk menyerang Taiwan ketika sekutu barat terganggu oleh ancaman Rusia ke Ukraina.

Li Zheng-xiu, seorang peneliti asosiasi di Yayasan Penelitian Kebijakan Nasional Taiwan, mengatakan bahwa Beijing dan Amerika Serikat sebenarnya sedang mengamati satu sama lain.

Baca juga: NATO Mulai Ketakutan Perang, Sebut Rusia Sudah Bangun Jembatan ke Ukraina, Ini Bukan Lelucon

Baca juga: Tinggalkan Cewek Sendirian di Ranjang, Pria Ini Menyaru dengan Menempel di Plafon Kamar Mandi

“Krisis Ukraina sekarang menjadi indikator. China akan mengamati tanggapan AS sebagai dasar untuk menilai keterlibatan masa depan dengan AS dalam semua aspek; AS juga mengawasi untuk melihat apakah China akan menunggu kesempatan untuk meningkatkan ancaman militernya di kawasan Indo-Pasifik.”

Li You-tan, seorang profesor di Universitas Nasional Chengchi Taiwan, percaya bahwa baik Rusia maupun komunis China tahu bahwa menyerang Ukraina dan Taiwan akan menyebabkan perang dunia, dengan konsekuensi yang sangat serius.

Sebaliknya, mereka menggunakan tekanan ekstrem untuk menunjukkan ambisi ekspansi mereka ke dunia luar untuk mendukung kelanjutan kekuasaan mereka di dalam negeri.

Su percaya bahwa jika China dan Rusia mengadopsi kerja sama strategis mengenai situasi di Ukraina, itu hanya akan menyoroti mereka sebagai "poros otoriter" dan "pembawa perang," dan memicu tindakan balasan dari negara-negara Barat, yang mungkin tidak bermanfaat bagi mereka dalam jangka panjang. .

Lin Cenxin dan Luo Ya berkontribusi pada laporan tersebut.(*)

(Tribunpekanbaru.com)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved