Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Mahasiswi Asal Riau di Rusia Sebut Banyak Warga Ukraina yang Mengungsi karena Perang ke Kota Ini

Arrahim, mahasiswi Riau yang kini tinggal di Rusia, menyebut banyak dari warga Ukraina yang mengungsi ke Kota Rostov on Don, wilayah Rusia Selatan

Penulis: Rizky Armanda | Editor: Ariestia
Pixabay
Arrahim, mahasiswi Riau yang kini tinggal di Rusia, menyebut banyak dari warga Ukraina yang mengungsi ke Kota Rostov on Don, wilayah Rusia Selatan. Foto Ilustrasi: Penjaga perbatasan di Rusia-Ukraina. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Arrahim, mahasiswi asal Riau yang kini tinggal di Rusia, menyebut banyak dari warga Ukraina yang mengungsi ke kota Rostov on Don, wilayah Rusia Selatan.

Pengungsi didominasi warga dari dua kota di Ukraina, yaitu Donetsk dan Luhansk, atau dikenal wilayah Donbas.

"Pengungsi dari dua daerah tersebut telah banyak yang sampai ke daerah Rostov. Itu pada saat sebelum pecah perang pun mereka sudah mengungsi ke sini," kata Arrahim yang sekarang juga tinggal di Kota Roston on Don, (Senin 28/2/2022) waktu Indonesia.

Disebutkan Arrahim yang yang dikenal juga dengan Amoyviolentisca ini, di Kota Rostov memang banyak pendatang dari Ukraina.

Ia menjelaskan, kota Rostov ini heterogen sekali. Hampir semua etnik ada di Rostov.

"Baik itu Dagestan ataupun Chechen dan beberapa dari Oblast (seperti provinsi) Rusia yang lain, di tambah kota Rostov juga memiliki banyak pelajar asing dari beberapa negara," ulasnya.

Donetsk dan Luhansk, disebut juga daerah Donbas. Keduanya berada di wilayah Ukraina Timur. Dua kota ini menjadi pemicu meningkatnya tensi antar kedua negara.

Dua kota itu memilih memisahkan diri dari Ukraina. Di sana menjadi basis kelompok separatis sokongan Rusia untuk melawan pemerintah Ukraina.

Untuk diketahui, Arrahim merupakan mahasiswi asal Indonesia yang mengikuti beasiswa Pemerintah Rusia untuk program S2 dengan jurusan International Studies in The Context of Language and Culture. Ia sudah 3 tahun berada di Rusia.

Sebelumnya, Arrahim merupakan lulusan S1 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Andalas, Sumatera Barat. Ia lulus tahun 2015.

"Kota Rostov tempat saya tinggal, merupakan tujuan pengungsian bagi warga Donetsk dan Luhansk. Ini informasi terbaru yang saya dapatkan dari media lokal di sini. Universitas saya juga menjadi tempat untuk pengumpulan barang-barang untuk diberikan kepada para pengungsi," kata Arrahim, yang juga dikenal dengan nama Amoyviolentisca kepada tribunpekanbaru.com, Sabtu (26/2/2022) waktu Indonesia.

Diungkapkan Arrahim, pasca perang Rusia - Ukraina, ia banyak menerima pertanyaan soal kondisi dirinya, terutama oleh orangtua, keluarga, kerabat dan para sahabat.

"Orangtua nelfon tanyain kabar bagaimana kondisi di Rostov, apakah masih dalam tahap aman atau tidak. Keluarga tentu bertanya untuk mendapatkan detail informasi keadaan yang sebenarnya," ucap dia.

"Kawan-kawan di Indonesia banyak yang bertanya keadaan saya gimana dan ada juga yang bertanya apakah saya ke pengungsian. Tentunya dengan kondisi yang seperti sekarang di Rostov yang masih aman dan kondusif, maka saya masih tinggal di kota ini," imbuh dia.

Diterangkan Arrahim, di luar kondisi perang seperti sekarang, jika dengan orangtua, ia memang intens berkomunikasi dan berkabar.

"Bisa dikatakan hampir tiap hari, di luar kalau saya ada deadline tugas, praktik, dan kelas offline. Biasalah orang tua juga ingin tau kabar anaknya. Apakah sehat-sehat saja, sakit atau sebagainya. Biasa kita berkomunikasi lewat WhatsApp dan video call," ujarnya.

Ia berujar, terakhir kali pulang ke Airmolek, Inhu, yaitu pada tahun 2019. Waktu itu tidak lama, karena harus kembali ke Rusia.

"Tapi karena covid-19 jadi sampai sekarang belum bisa pulang," sebutnya.

Arrahim mengaku, dia sendiri sempat khawatir. Karena kota tempat dia tinggal sekarang, dekat dengan perbatasan Ukraina.

Apalagi jaraknya ke Kota Donetsk, tempat basis pemberontak Ukraina yang didukung Rusia, hanya sekitar 181 km.

"Iya dekat (tempat tinggal saat ini ke Donetsk), sekitar 181 km dari Rostov on Don," urainya.

"Khawatir pasti ada ya, cuma karena udah dapat arahan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Rusia mengenai permasalahan ini, jadi untuk saat ini masih aman," tambahnya.

Arrahim menuturkan, KBRI meminta Warga Negara Indonesia (WNI) untuk tetap tenang dan waspada.

"Karena untuk masalah evacuating (evakuasi, red) masih belum dalam tahap yang berbahaya," beber dia.

Arrahim menyebut jika kondisinya sejauh ini baik dan aman.

"Sampai saat ini dan tidak ada mendengarkan apa pun yg terkait diberitakan di daerah Rostov on Don. Perang di Ukraina bukan di Rusia," tuturnya.

Disebutkan wanita kelahiran Airmolek, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau 30 tahun silam ini, dirinya kini masih tinggal di Kota Rostov on Don.

"Belum dapat arahan untuk dievakuasi karena situasi di Rostov masih aman terkendali. Aktivitas masih seperti biasa," sebut dia.

"Untuk kegiatan masih berjalan seperti biasa dalam artian memang tidak ada aktivitas yang terganggu karena kondisi perang ini," ungkap dia lagi.

Dijelaskan Arrahim, perihal potensi serangan balik dari Ukraina, kemungkinan sudah dipertimbangkan oleh pihak Rusia untuk menjaga kedaulatan negaranya, dan juga demi memberikan keamanan bagi warga negaranya termasuk warga asing yang tinggal di sana.

Saat ditanyai apakah dia mengetahui kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) khususnya pelajar di Ukraina saat ini, dipaparkan Arrahim, ia pribadi tidak mengetahui berapa jumlah WNI di Ukraina.

"Akan tetapi berdasarkan berita yang saya baca, mereka sudah dievakuasi ke tempat yang lebih aman, menimbang memang tidak adanya PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) di Ukraina untuk memastikan angka WNI di sana," ucapnya.

Sedikit digambarkan Arrahim, Rostov on Don, tempat dirinya tinggal saat ini, merupakan Kota Sejarah.

Kehidupan penduduknya aman, baik itu sebelum maupun sesudah pandemi covid-19.

Sebagaimana diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin, mendeklarasikan operasi militer khusus terhadap Ukraina.

Sejumlah wilayah menjadi sasaran serangan Rusia. Rudal-rudal Rusia menghujani kota-kota Ukraina.

Putin mengatakan, salah satu alasannya menyerang Ukraina adalah karena para pemimpin kelompok separatis di Ukraina timur meminta bantuan Rusia. (Tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved