Perang Rusia vs Ukraina
Rusia Hancurkan Pesawat Terbesar di Dunia, Uang Senilai Rp 41 Triliun Hangus
Pesawat terbesar di dunia milik Ukraina dilaporkan telah dihancurkan oleh pasukan Rusia. Pesawat itu sendiri sedang diparkir di bandara Hostomel
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Rinal Maradjo
TRIBUNPEKANBARU.COM, KIEV - Pesawat terbesar di dunia milik Ukraina dilaporkan telah dihancurkan oleh pasukan Rusia di terus menerus melakukan invasi ke negara itu
Pesawat itu adalah Antonov AN-225 , dibuat dengan biaya fantastis yakni 2,2 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 41 triliun
Antonov AN-225 sendiri adalah pesawat super jumbo yang hanya ada satu di dunia.
Pejabat Ukraina mengatakan, pesawat itu dibombardir Rusia saat diparkir di lapangan terbang dekat Kyiv.
Antonov AN-225 - yang dikenal sebagai Mriya atau "mimpi" di Ukraina,
Adalah pesawat terbesar yang pernah dibuat dan telah beroperasi selama lebih dari tiga dekade.
Tetapi kini, pesawat itu tinggal puing.
Rusia sendiri mengaku sudah merebut bandara Hostomel yang berada di pinggiran Kiev, tempat pesawat itu diparkir.
Dalam sebuah tweet, Perusahaan Antonov mengatakan tidak dapat memverifikasi "kondisi teknis" pasca dihantam rudal Rusia.
Baca juga: Warga Ukraina bisa Mati Pelan-pelan, Rusia telah Luncurkan Rudal yang Berakibat Fatal di Wilayah Ini
Baca juga: Denmark Izinkan Warganya Berperang di Ukraina, Presiden Ukraina Bentuk Legiun Internasional
Pada hari Minggu, perusahaan pertahanan negara Ukraina Ukroboronprom - yang mengelola Antonov - berjanji pesawat itu akan dibangun kembali menggunakan uang tunai dari Moskow.
"Pemugaran diperkirakan memakan waktu lebih dari 3 miliar AS dan akan memakan waktu lebih dari 5 tahun," kata pernyataan itu.
"Tugas kami adalah memastikan bahwa biaya ini ditanggung oleh Federasi Rusia, yang telah menyebabkan kerusakan yang disengaja pada penerbangan Ukraina dan sektor kargo udara.
"Menurut Direktur Antonov Airlines, salah satu mesin dibongkar untuk diperbaiki dan pesawat tidak dapat lepas landas hari itu, meskipun perintah yang sesuai telah diberikan."
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengecam penghancuran pesawat yang banyak dioperasikan untuk misi kemanusiaan itu.
Seperti mengirim pasokan bantuan setelah gempa Haiti pada 2010 dan pasokan medis selama pandemi Covid..
