Berita Kampar
Kapolres Kampar Bantah Ada Pemukulan Pria Tunanetra , Namun Ini Dia Versi Abang Korban
Fajri, abang kandung Candra, mengakui sepeda motor yang dikendarai itu tanpa pelat nomor dan tidak memakai helm. Ia tidak terima adanya kekerasan.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: CandraDani
TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Kepala Kepolisian Resor Kampar membantah anggotanya melakukan pemukulan terhadap dua warga yang salah satunya penyandang tunanetra. Bantahan ini disampaikan setelah pengakuan korban beredar luas.
Kedua warga itu adalah Dedi Wira Candra dan Rendi Elfri Yando. Candra adalah penyandang tunanetra sejak lahir. Mereka berbonceng tiga. Candra duduk di tengah.
Rendi mengemudikan sepeda motor, dan teman mereka Putra duduk paling belakang.
Fajri, abang kandung Candra, mengakui sepeda motor yang dikendarai itu tanpa pelat nomor dan tidak memakai helm. Tetapi, ia tidak terima adanya kekerasan dalam penindakan pelanggaran itu.
"Kalau mau tilang, ya tilang ajalah. Jangan pakai kekerasan gitu," tandasnya.
Ia menjelaskan pemukulan yang dialami adiknya anak keempat dari lima bersaudara itu.
Abang sulung ini menjelaskan, adiknya 19 tahun itu dibonceng teman seusinya, Rendi dengan sepeda motor dari Kecamatan Salo ke Bangkinang Kota, Sabtu (26/2/2022) malam lalu.
"Malam itu mereka ke Bangkinang mau jemput barang. Tapi nggak jadi," kata Fajri. Lalu mereka pulang melintasi Jalan Ahmad Yani.
Menurut Fajri, mereka berjumpa dengan anggota Tim TEMBAK Polres Kampar jelang pertigaan dengan Jalan Prof. M. Yamin.
Rendi akan mengambil ancang-ancang untuk belok kiri ke arah Salo. Tetapi petugas sudah menghadang dari depan dengan sepeda motor patroli.
"Pas diberhentikan itu, kena anggota itu sampai lampu seinnya pecah," ujar Fajri.
Setelah diberhentikan, petugas itu langsung menarik Rendi dari sepeda motornya. Lalu disusul Candra.
Rendi mendapat lebih dari sekali kontak fisik. Sedangkan Candra mendapat pukulan di bagian belakang telinga kirinya.
"Tiga hari juga telinganya berdengung," katanya. Sementara Rendi mengalami memar di bagian perutnya. Sedangkan Putra, kata Fajri, tidak mendapat kekerasan fisik.
Fajri meminta pertanggungjawaban petugas pelaku pemukulan.
