Perang Rusia vs Ukraina

Nasib Ukraina, Negara Luluh Lantak oleh Rusia, Mau Gabung NATO Malah Sulit, Apa yang Dipertahankan?

Padahal jika berunding baik-baik tanpa melibatkan NATO dan sekutu barat, Ukraina akan aman-aman saja. Namun, terlanjur, kini negaranya luluh lantak

Editor: Budi Rahmat
Aris Messinis / AFP
Penduduk mengevakuasi kota Irpin, utara Kyiv, pada 10 Maret 2022. Pasukan Rusia pada 10 Maret 2022 menggulung kendaraan lapis baja mereka ke tepi timur laut Kyiv, merayap lebih dekat dalam upaya mereka untuk mengepung ibukota Ukraina. Pinggiran barat laut Kyiv seperti Irpin dan Bucha telah mengalami kebakaran dan pemboman selama lebih dari seminggu, mendorong upaya evakuasi massal. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Ukraina bisa jadi hanya akan menjadi korban dari sebuah sitem yang cukup besar.

Mereka yang harusnya bisa bersahabat dan melanjutkan peradaban negaranya, kini diambang kehancuran. Rusia yang merupakan tetangga dekat kini berubah menjadi musuh yang mematikan.

Padahal jika kehidupan mereka landai-landai saja dengan kepemipinan yang berdaulat, tentu Ukraina bisa kuat dan memiliki kekuatan yang lebih besar.

Namun, iming-iming bisa menjadi keanggotaan yang lebih besar dari dengan bergabung dengan NATO.

Baca juga: Rusia Tunjuk Bukti bahwa AS Main Senjata Biologis Bersama Ukraina, Langsung Dilaporkan ke DK PBB

Tetapi harapan tinggal menjadi harapan. Tidak segampang itu bagi Ukraina bisa bergabung langsung dengan NATO.

Meski beberapa sekutunya seperti Amerika Serikat dan Inggris sudah menujukkan simpati setelah Ukraina dibombardir Rusia.

Lantas, maua jadi apa Ukraina ke depannya?

Invasi Rusia—serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua—telah menjungkirbalikkan tatanan keamanan Eropa dan mendorong ibu kota Uni Eropa untuk memikirkan kembali apa yang harus diperjuangkan blok itu, kebijakan ekonomi, pertahanan, dan energinya.

Uni Eropa dengan cepat memberlakukan sanksi besar-besaran dan menawarkan dukungan politik dan kemanusiaan ke Ukraina, serta beberapa pasokan senjata, beberapa hari setelah serangan Rusia pada 24 Februari.

Namun, retakan telah muncul di front persatuan blok itu, dari reaksinya terhadap permintaan Kyiv untuk mempercepat keanggotaan klub kaya hingga seberapa cepat ia dapat melepaskan diri dari bahan bakar fosil Rusia dan cara terbaik untuk membentuk respons ekonomi.

"Tidak ada yang memasuki Uni Eropa dalam semalam," kata Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenkovic saat pembicaraan di antara 27 pemimpin nasional berakhir pada dini hari tadi, seperti dikutip dari Reuters

Baca juga: Dihancurkan Rusia, Warga Ukraina Mulai Anarkis, Rebutan Makanan sampai Merusak Mobil

Baca juga: Rusia dan Ukraina Saling Menyalahkan soal Hancurnya RS Bersalin, Twitter dan Facebook Turun Tangan

Ketua pemimpin, Charles Michel mengatakan dalam menunjukkan simpati dan dukungan moral: "Ukraina milik keluarga Eropa."

Tetapi yang lain menjelaskan bahwa Ukraina tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan tergesa-gesa, sesuatu yang telah diupayakan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan yang mendapat dukungan dari tetangga Ukraina di sisi timur Uni Eropa.

"Tidak ada proses jalur cepat," kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, penentang utama perluasan UE, sambil menambahkan blok itu akan terus memperdalam hubungan dengan Kyiv.

Pintu aksesi juga tidak bisa ditutup, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved