Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Perang Rusia vs Ukraina

Muslim di Ukraina Menghadapi Ramadhan Dengan Ancaman Rudal Rusia

Banyak umat Muslim di Ukraina yang kehilangan pekerjaannya setelah kota mereka hancur lebur sejak invansi berlangsung.

Penulis: Muhammad Ridho | Editor: Guruh Budi Wibowo
AFP
Muslim Ukraina menghadapi Ramadhan di bawah ancaman rudal Rusia 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan tersulit bagi kaum muslim di Ukraina. Mereka harus menjalankan ibdah di bawah ancaman ledakan rudal dan tank dari pasukan Rusia.

Muslim Ukraina adalah suku Tatar Krimea, etnis Turki yang telah lama menetap di Ukraina sejak Uni Soviet.

Banyak umat Muslim di Ukraina yang kehilangan pekerjaannya setelah kota mereka hancur lebur sejak invansi berlangsung.

“Kami harus menyesuaikan semuanya,” kata Niyara Nimatova, ketua Liga Muslim Ukraina dilansir dari Aljazeera, Jumat (1/4/2022).

Pada hari pertama bulan puasa, dia berencana menyiapkan makanan berbuka puasa dengan sekelompok keluarga pengungsi yang tinggal bersamanya di pusat Islam di Chernivtsi.

“Banyak Muslim pergi ke luar negeri dan mereka yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan,” kata Nimatova melalui telepon dari kota Ukraina barat, tempat dia dipindahkan dari provinsi tenggara Zaporizhzhia, yang sebagiannya berada di bawah kendali Rusia.

Lima minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina, lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, termasuk sekitar empat juta orang yang melarikan diri ke luar negeri, menurut PBB.

Muslim membentuk sekitar satu persen dari populasi Ukraina, negara mayoritas Kristen Ortodoks Ukraina berdasarkan agama.

Sebelum perang, Ukraina adalah rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, serta sejumlah orang Turki, terutama Tatar Krimea.

Persiapan Ramadhan tahun ini sulit dan emosional karena bom jatuh di negara itu dan jam malam diberlakukan, membatasi pergerakan di malam hari ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa.

Tergusur oleh perang, banyak juga yang jauh dari rumah mereka, jaringan dukungan komunitas dan teman-teman – namun, mereka bertekad untuk memanfaatkan periode perayaan dengan sebaik-baiknya.

“Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” kata Nimatova, yang suaminya, Muhammet Mamutov, adalah seorang imam.

Sebagai Tatar Krimea, Nimatova telah mengungsi sebelumnya, ketika Rusia mencaplok semenanjung selatan Krimea pada tahun 2014, ia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke Zaporizhzhia.

“Ketika kami tinggal di Krimea, kami tidak pernah berpikir bahwa kami harus pergi. Orang-orang saya dideportasi sebelumnya oleh [pemimpin Soviet Joseph] Stalin dan kakek-nenek serta orang tua saya selalu bermimpi untuk kembali,” katanya.

“Ketika saya berusia dua tahun, pada tahun 1988, kami kembali. Tapi kemudian Rusia menduduki Krimea pada tahun 2014 dan kami mengerti bahwa kami tidak dapat melanjutkan kegiatan keagamaan kami, jadi kami pergi. Sekarang saya telah meninggalkan rumah saya lagi.”

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved