Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Bangkrut, Demonstrasi di Mana-mana, Pelajaran Buat Indonesia

Punya banyak utang, termasuk paling besar ke China, Sri Lanka bangkrut karena gagal bayar utang mereka.

Editor: Ilham Yafiz
Ishara S. KODIKARA / AFP
Pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi di Kolombo pada 9 April 2022. Kekurangan makanan dan bahan bakar yang parah, di samping pemadaman listrik yang lama, telah menyebabkan demonstrasi anti-pemerintah yang meluas selama berminggu-minggu -- dengan seruan agar Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Punya banyak utang, termasuk paling besar ke China, Sri Lanka bangkrut karena gagal bayar utang mereka.

Krisis Sri Lanka bermula pada akhir Maret 2022, ketika ratusan pedemo menyerbu rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan menuntut pengunduran dirinya.

Situasi kemudian terus berubah, menjadi Sri Lanka bangkrut dan pemerintah sempat menerapkan darurat nasional.

Terbaru, pada Selasa (12/4/2022) diumumkan bahwa Sri Lanka gagal bayar utang 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun) yang dipinjamnya dari luar negeri.

Negara pulau berpenduduk 22 juta orang itu juga mengalami kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang akut.

Krisis Sri Lanka menimbulkan kesengsaraan yang meluas, kondisi terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.

Negara Asia Selatan tersebut sempat bangkit dari perang saudara mematikan pada 2009, lalu dilanda sederet pemboman tahun 2019 kemudian dihantam keras pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sektor pariwisata vitalnya.

Pengemudi mengantre untuk membeli bensin di stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 12 April 2022. Sri Lanka yang dilanda krisis gagal membayar utang luar negeri $51 miliar pada 12 April setelah kehabisan dolar untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan dan memicu protes luas menuntut pengunduran diri presiden.
Pengemudi mengantre untuk membeli bensin di stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 12 April 2022. Sri Lanka yang dilanda krisis gagal membayar utang luar negeri $51 miliar pada 12 April setelah kehabisan dolar untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan dan memicu protes luas menuntut pengunduran diri presiden. (Ishara S. KODIKARA / AFP)

Dikutip dari kantor berita AFP, berikut kronologi krisis Sri Lanka

31 Maret: Rumah presiden digeruduk massa

Ratusan pengunjuk rasa yang dikerahkan oleh aktivis media sosial tidak dikenal mencoba menyerbu rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan menuntut pengunduran dirinya.

Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air. Setidaknya satu orang terluka parah. Ibu kota Colombo selanjutnya menerapkan jam malam.

1 April: Sri Lanka darurat nasional Saat protes menyebar, Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat dan memberikan kekuatan besar kepada pasukan keamanan untuk menangkap serta menahan para tersangka.

2 April: Pengerahan tentara Sri Lanka pada 2 April mengumumkan jam malam nasional selama 36 jam dan mengerahkan tentara.

Jam malam mulai berlaku pada sore hari dan akan dicabut pada pagi hari tanggal 4 April, kata polisi. Periode itu mencakup demo anti-pemerintah yang sudah direncanakan.

Warga mengantre untuk membeli tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Kolombo pada 11 April 2022.
Warga mengantre untuk membeli tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Kolombo pada 11 April 2022. (Ishara S. KODIKARA / AFP)

3 April: Kabinet mengundurkan diri

Pemerintah Sri Lanka secara singkat memblokade akses ke media sosial, tetapi larangan itu dicabut menyusul keputusan Dewan Hak Asasi Manusia negara itu. Hampir semua kabinet Sri Lanka kemudian mengundurkan diri pada pertemuan larut malam, membuat Rajapaksa dan saudaranya yang menjadi perdana menteri Mahinda, terisolasi.

4 April: Lebih banyak yang mengundurkan diri Rajapaksa menawarkan berbagi kekuasaan dengan oposisi di bawah pemerintahan persatuan yang dipimpin oleh dia dan Mahinda, tetapi ditolak.

Adapun kegiatan trading dihentikan di bursa saham Sri Lanka saat itu.

Gubernur bank sentral menolak seruan untuk mencari bailout dari Dana Moneter Internasional dan mengumumkan pengunduran dirinya.

5 April: Presiden kehilangan suara mayoritas

Masalah Rajapaksa semakin dalam ketika Menteri Keuangan Ali Sabry mengundurkan diri hanya sehari setelah diangkat.

Rajapaksa juga kehilangan mayoritas parlementernya karena mantan sekutu mendesaknya untuk mundur. Dia lalu mengumumkan keadaan darurat.

7 April: Permohonan restrukturisasi utang

Rajapaksa menunjuk panel ahli untuk mengatur restrukturisasi utang, sedangkan lembaga pemeringkat memperingatkan risiko wanprestasi.

8 April: Rekor kenaikan suku bunga

Bank Sentral Sri Lanka menaikkan suku bunga dengan rekor 700 basis poin dalam upaya menghentikan rupee Sri Lanka jatuh bebas, karena sudah jatuh lebih dari 35 persen dalam sebulan.

9 April: Demo jalanan terbesar

Puluhan ribu orang mengepung kantor presiden dalam demo Sri Lanka terbesar hingga saat ini, menuntut Rajapaksa mengundurkan diri.

10 April: Kekurangan obat Para dokter Sri Lanka mengatakan, mereka hampir kehabisan obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa pasien, seryaa memperingatkan bahwa krisis bisa berakhir dengan membunuh lebih banyak orang daripada pandemi virus corona.

11 April: PM Sri Lanka memohon kesabaran rakyat

Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa memohon rakyat bersabar di tengah protes massa baru.

12 April: Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri

Sri Lanka mengumumkan gagal membayar seluruh utang luar negeri sebesar 51 miliar dollar AS (Rp 732 triliun) setelah kehabisan devisa untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan.

13 April: Sri Lanka bangkrut

Sri Lanka menyatakan bangkrut dan mendesak warganya di perantauan luar negeri untuk mengirim uang ke negara guna membantu membeli kebutuhan pokok dan bahan bakar.

( Tribunpekanbaru.com )

SUMBER: https://www.kompas.com/global/read/2022/04/14/125916070/awal-mula-krisis-sri-lanka-gagal-bayar-utang-bangkrut-hingga-darurat?page=all#page2

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved