Perang Ukraina vs Rusia
Tembaki Orang-orang di Gereja Saat Perayaan Paskah, Rusia Bongkar Rencana Keji Ukraina dan Barat
Rusia bongkar perilaku biadab tentara Ukraina yang berencana melakukan pembunuhan masal, menembaki gereja-gereja selama perayaan Paskah Ortodoks.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Rusia bongkar perilaku biadab tentara Ukraina yang berencana melakukan pembunuhan masal, menembaki gereja-gereja selama perayaan Paskah Ortodoks.
Rencana keji ini akan dilakukan di Ukraina selatan dan timur. Strateginya, usai serangan biadab tersebut Rusia akan disalahkan, menjadi kambing hitam.
Diberitakan Rusia Today, Kementerian Pertahanan Rusia membongkar rencana kotor tersebut.
“Batalyon nasionalis akan membentuk lebih dari 70 kelompok bergerak yang dilengkapi dengan mortir dengan tujuan untuk menembaki gereja-gereja Ortodoks pada Minggu Paskah,” kata Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.
Orang-orang Kristen Ortodoks akan merayakan hari raya pada tanggal 24 April, seminggu setelah pesta itu diadakan di sebagian besar dunia Barat.
Menurut Mizintsev, serangan itu direncanakan di wilayah Zaporozhye, Nikolaev, Odessa, Sumy, dan Kharkov. Rencananya nanti “menuduh pasukan Rusia melakukan pembunuhan massal terhadap warga sipil pada hari suci ini,” katanya.
Mizintsev menegaskan bahwa "beberapa negara Barat" membantu Kiev dalam persiapan "provokasi mengerikan yang canggih dengan banyak korban."
Kementerian Pertahanan mengatakan pihaknya memiliki bukti atas klaim tersebut. Ia meminta PBB, OSCE, dan Komite Internasional Palang Merah "untuk mempengaruhi rezim Kiev" untuk mencegah dugaan serangan yang direncanakan.
Ukraina belum mengomentari tuduhan tersebut. Baik Kiev dan Moskow telah berulang kali membantah membunuh warga sipil dan saling menuduh melakukan kampanye disinformasi.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
