Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Rektor ITK Prof Budi Santosa Dipecat Jadi Reviewer LPDP, Ketum MUI: Aspek Jera Kaum Rasis

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Prof Budi Santosa Purwokartiko dipecat dari penugasannya karena tulisan rasis

istimewa
Profesor Budi Santosa Purwokartiko dipecat dari penugasannya sebagai reviewer program Dikti LPDP 

Tak cuma Cholil Nafis, Mantan Sekretaris BUMN Said Didu turut berkomentar terkait pernyataan Rektor ITK Prof Budi Santosa.

Said Didu melalui akun twitter pribadinya setuju jika Prof Budi Santosa diberi tindakan tegas.

Komentar ini ditulis Said Didu dengan mengutip tweet Cholil Nafis sebelumnya yang mengomentari postingan viral tersebut.

Menurut Said Didu, rektor ITK berjiwa SARA dan Islamphobia.

Dan akan berbahaya jika diberi jabatan karena akan memecah belah bangsa.

"Persoalan ini sangat serius krn seorang rektor ITK berjiwa SARA dan Islamphobia. Jika orang2 seperti mereka diberikan jabatan maka bangsa ini bisa pecah," tulisnya.

Berikut ini tulisan Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko yang menjadi viral dan dianggap diskriminatif oleh netizen:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri.

Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa.

Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9.

Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9.

Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya.

Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved