Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Rusia Sudah Kuasai 20 Persen Ukraina, tapi Zelensky Tetap Pede Bisa Menang

Zelensky mengatakan, sekitar seperlima dari negara pimpinannya sudah dicaplok Rusia.

Genya SAVILOV / AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato dalam konferensi pers dengan media internasional di stasiun metro bawah tanah di Kyiv pada 23 April 2022. Zelensky mengkritik keputusan Sekretaris Jenderal PBB untuk mengunjungi Moskow pada 26 April, sebelum menuju ke Kyiv. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Perang Rusia dengan Ukraina masih berlanjut hingga kini.

Pertempuran terus terjadi meski Rusia hampir menguasai Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sekitar seperlima dari negara pimpinannya sudah dicaplok Rusia.

Wilayah-wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia termasuk tanah-tanah yang diperoleh atas invasi Moskwa.

Semenanjung Crimea yang dicaplok, dan wilayah yang dikuasai oleh separatis dukungan Rusia.

"Hari ini, sekitar 20 persen wilayah kami berada di bawah kendali penjajah," kata Zelensky dalam pidatonya kepada anggota parlemen di Luksemburg, dikutip dari AFP.

Zelensky menambahkan, pada 2014 separatis yang didukung Kremlin dan militer Rusia menguasai 43.000 kilometer persegi, luas wilayah yang dia samakan dengan ukuran Belanda.

Namun, setelah invasi lebih dari tiga bulan Rusia, angka itu telah meningkat menjadi hampir 125.000 kilometer persegi.

Luas wilayah tersebut kata Zelensky jauh lebih besar daripada gabungan Belanda, Belgia, dan Luksemburg.

Meski demikian, Zelensky masih yakin bahwa negaranya akan bisa menang menghadapi Rusia.

Zelensky mengatakan pada Jumat (3/6/2022), bahwa militer negaranya akan menangkis invasi Rusia.

Dia berbicara demikian dalam sebuah video yang menandai 100 hari invasi Rusia Rusia ke Ukraina.

"Kemenangan akan menjadi milik kita," kata Zelensky dalam video tersebut, dilansir dari AFP.

Pada hari ke-100 invasi Rusia, pertempuran tengah berkecamuk di Ukraina timur, di mana pasukan Moskwa memperketat cengkeraman di wilayah Donbass.

Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, mengatakan pada Jumat ini, bahwa Ukraina tidak ingin perang 100 hari lagi dan menyerukan tekanan terhadap rezim Putin, mengacu pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Ya, kami membutuhkan senjata agar kami dapat mempertahankan nilai-nilai bersama kami. Tetapi kami harus berperang melawan ekonomi Rusia sehingga Rusia akhirnya akan meninggalkan Ukraina dengan damai," katanya.

"Kita harus secara ekonomi mengisolasi Rusia dari dunia," tambah Klitschko.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Ukraina telah mengeluarkan pernyataan dalam bahasa Inggris yang mengatakan, bantuan internasional untuk negara itu adalah "investasi terbaik dalam perdamaian dan pembangunan berkelanjutan bagi seluruh umat manusia".

Kemenlu Ukraina juga menyerukan pengadilan khusus untuk menyelidiki kejahatan perang di negara itu.

"Penjahat Rusia harus dibawa ke Tibunal dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh pimpinan Nazi Jerman," ungkap Kemenlu Ukraina.

Perdana Menteri Ukraina Shmyhal sebelumnya mengatakan perang telah mendorong negaranya lebih dekat ke Eropa, sementara Rusia bergerak menuju "isolasi dari negara maju".

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved