Gunung Marapi Erupsi

Kisah Mencekam Fadli Selamat dari Erupsi Gunung Marapi: Dihujani Batu, Ditangkis hingga Jari Patah

Saat bersembunyi di balik batu, ia melihat batu berukuran kepalan tinju orang dewasa melayang-layang.

BBC Indonesia
Kisah penyintas erupsi Gunung Marapi hadapi hujan batu - ‘Saya tepis dengan tangan kosong, jari saya patah’ 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Gemuruh dari kawah Gunung Marapi serta guncangan pada Minggu siang (03/12), membuat Muhammad Fadli dan 17 rekannya terkejut.

Pria berusia 20 tahun ini langsung mencari tempat berlindung di balik bebatuan cadas. Saat itu ia berada di sekitar puncak gunung dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut (Mdpl).

"Saat mendengar gemuruh dan merasakan guncangan itu, saya langsung bersembunyi bersama tiga teman saya," kata Fadli di RSUD Padang Panjang saat ditemui wartawan Halbert Caniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (04/12).

Suara gemuruh ini hanya awal dari proses erupsi Gunung Marapi.

Saat bersembunyi di balik batu, ia melihat batu berukuran kepalan tinju orang dewasa melayang-layang.

"Saat salah satu batu menuju ke saya, saya menepisnya dengan tangan kosong yang mengakibatkan jari saya patah," katanya.

Batu selanjutnya kemudian mendarat di bagian kaki kiri Fadli, yang membuat tulangnya patah.

Baca juga: Media Asing Beritakan Gunung Marapi Erupsi: Tsunami Jepang dan Bahanyanya Pendakian

Baca juga: Update Evakuasi Pendaki Gunung Marapi, 20 Orang Masih Terjebak, Lokasi Belum Ditemukan

Tak lama kemudian, asap hitam menyelimuti langit. Lalu asap hitam dan debu pekat membekap mata Fadli. Ia benar-benar tidak bisa melihat di sekitarnya.

"Saat itu kami tetap bersembunyi di balik batu dan saya tidak mengetahui lagi tentang teman-teman saya yang lain," lanjutnya.

 
Batu yang beterbangan juga menghantam bagian kepala salah satu temannya sehingga hampir kehilangan kesadaran.

Di tengah situasi asap hitam dan debu disertai hujan batu, Fadli yang saat itu masih bersama tiga rekannya, perlahan-lahan bergerak turun. Mereka berusaha menghindari awan panas.

"Kami terus mencoba bergerak ke arah bawah dengan terus mencari tempat bersembunyi di bebatuan," katanya.

"Saya mencoba bergeser ke bawah itu, untuk mencari jaringan (sinyal) untuk menghubungi pihak pos penjagaan dan meminta agar kami dijemput," lanjutnya.

Setelah mendapat beberapa batang sinyal di layar ponsel, Fadli langsung menghubungi pihak Basarnas dan menyampaikan situasi dan keadaannya.

Baca juga: 4 Mahasiswa UIR Jadi Korban Gunung Marapi Erupsi: Dua Meninggal Dunia

Baca juga: Malam Hari Potensi Hujan di Sebagian Besar Riau, Cek Prakiraan Cuaca Hari Ini Selasa 5 Desember 2023

"Pihak Basarnas meminta agar saya menunggu di sebuah pertigaan dan nanti katanya akan dijemput ke sana," lanjutnya.

Setelah menunggu kurang lebih delapan jam, akhirnya yang ditunggu pun sampai di tempat yang sudah dijanjikan untuk penjemputan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved