Inggris Blokir Ektremis Yahudi yang Serang Warga Palestina di Tepi Barat

TIBUNPEKANBARU.COM - Inggris memblokir ekstremis yahudi yang telah melakukan segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat.

Ekstremis yahudi yang menjadi pemukim ilegal di Tepi Barat kerap melakukan intimidasi, provokasi, bahkan penyerangan terhadap warga sipil.

Hal itu dilakukan agar warga sipil Palestina merasa tidak nyaman dan meilih pergi dari rumah dan tanah mereka.

Inggris menilai kekerasan yang dilakukan ekstremis yahudi tersebut membuat ketegangan dan memicu konflik di Timur Tengah.

“Pemukim ekstremis, dengan menargetkan dan membunuh warga sipil Palestina, merusak keamanan dan stabilitas bagi warga Israel dan Palestina,” kata Menteri Luar Negeri David Cameron di situs media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Kamis (14/12/2023).

“Israel harus mengambil tindakan yang lebih kuat untuk menghentikan kekerasan terhadap pemukim dan meminta pertanggungjawaban para pelakunya. Kami melarang mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap pemukim memasuki Inggris untuk memastikan negara kami tidak menjadi rumah bagi orang-orang yang melakukan tindakan intimidasi ini.” katanya.

Tindakan Inggris ini dilakukan menyusul meningkatnya kegaduhan internasional terhadap kekerasan yang dilakukan pemukim terhadap warga Palestina, khususnya di Tepi Barat yang diduduki.

Awal pekan ini, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan dia akan mengusulkan sanksi terhadap pemukim Yahudi yang bertanggung jawab atas kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Sebelumnya pada 7 Desember, Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengecam meningkatnya kekerasan Israel di Jalur Gaza dan pemukim Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.

“Kekerasan terhadap warga sipil akan mempunyai konsekuensi. Pemukim ekstremis di Tepi Barat akan dilarang memasuki Belgia,” katanya.

“Kami akan bekerja sama dengan AS mengenai sanksi yang menargetkan individu yang terlibat dalam tindakan yang merusak perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Tepi Barat,” tambah Croo.