Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Banjir di Sumbar

Gempa Kecil Turut Jadi Pemicu Longsor, Erupsi Gunung Marapi dan Banjir Bandang di Sumbar

Gempa kecil yang terjadi di wilayah Sumbar menyebabkan tebing tidak stabil dan berujung longsor.

Editor: Ilham Yafiz
DOK. BPBD AGAM
Kondisi permukiman warga dan sarana publik pascabanjir bandang yang menerjang Kabupaten Agam, Sabtu (11/5) malam. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Longsor yang terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Sumatera Barat diakibatkan oleh sejumlah gempa kecil.

Gempa kecil yang terjadi di wilayah Sumbar menyebabkan tebing tidak stabil dan berujung longsor.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sumbar saat ini juga dipicu oleh terjadinya gempa-gempa kecil tersebut.

Baca juga: Kondisi Terkini Bukik Batabuah setelah Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumbar, 100 KK jadi Korban

Gempa-gempa kecil itu sudah tercatat oleh BMKG terjadi selama sebulan terakhir.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, banjir lahar hujan yang terjadi di Agam dan Tanah Datar tidak hanya disebabkan oleh erupsi Marapi, melainkan juga dipicu gempa-gempa kecil.

"Kami menganalisis, penyebab tidak hanya dampak erupsi Marapi, tapi juga pengaruh getaran gempa," kata Dwikorita, Minggu (12/5/2024) malam.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bersama Gubernur Sumbar Mahyeldi. Sejumlah gempa kecil turut jadi penyebab longsor dan banjir bandang di Sumbar
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bersama Gubernur Sumbar Mahyeldi. Sejumlah gempa kecil turut jadi penyebab longsor dan banjir bandang di Sumbar (fb Tribunpadang)

BMKG mencatat selama satu bulan terakhir sudah terjadi 35 kali gempa bumi dengan magnitudo sekita M.3 atau kurang.

Getarannya tidak dirasakan manusia, tetapi berefek pada tebing-tebing.

"Penyebab tidak hanya erupsi, tapi juga pengaruh getaran gempa, karena BMKG juga mendeteksi selama satu bulan terakhir sebelum kejadian bencana ini terjadi terjadi gempa-gempa kecil magnitudo sekitar M 3,0," tambahnya.

Adapun menurutnya, gempa-gempa kecil itu bisa meretakkan batuan dan menimbulkan runtuhan batuan atau tanah.

Reruntuhan batuan atau tanah itulah kemudian yang terakumulasi dan dibawa air dari puncak Gunung Marapi.

"Lahar hujan yang terjadi terutama karena adanya endapan material hasil erupsi Gunung Marapi yang masih terendap di lereng-lereng, utamanya lereng atas yang kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," kata dia.

Sementara, banjir bandang atau galodo ini terjadi akibat akumulasi air selama hujan yang tertahan di hulu sungai bagian atas.

Akumulasi yang tertahan itu bisa disebabkan endapan-endapan longsor atau runtuhan bantuan di daerah hulu yang menahan aliran air hujan ke arah hilir.

"Karena hujan ini terjadi selama beberapa hari akhirnya air yang tertahan ini terakumulasi mengakibatkan desakan atau dorongan kanan menjebol timbunan endapan batuan-batuan atau tanah di bagian hulu, sehingga terjadi aliran yang sangat cepat, yang mampu untuk mendorong atau mengangkut tanah-tanah bebatuan kadang beserta pohon yang tercabut akarnya ke arah hilir, itulah banjir lahar hujan," pungkasnya.

( Tribunpekanbaru.com / Tribunpadang )

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved