Suami Bunuh Istri di Kampar

DETIK-DETIK Suami Istri di Kampar Riau Bertengkar Hebat: Beradu Mulut, Bergelut hingga Hilang Nyawa

Kronologi suami bunuh istri di Kampar. Pelaku Amran Dahona menangis saat ditanyai oleh Polisi terkait aksinya

freepik
Kronologi suami bunuh istri di Kampar 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kasus suami bunuh istri di Kampar berhasil diungkap Kepolisian Sektor Kampar Kiri Hilir, Riau.

Peristiwa tragis suami bunuh istri di Kampar ini terjadi pada pada Jumat (14/6/2024).

Akibatnya, Febeider Laia (40) tewas di tangan suaminya, Amran Dahona (30).

Berdasarkan keterangan dari pihak berwajib, berikut kronologi suami bunuh istri di Kampar.

Amran meminta istrinya membantu sampai pekerjaan menyiram bibit Eukaliptus selesai.

Tetapi Febeidar marah-marah. Amran bahkan mengaku korban sempat memukul-mukulnya sampai mereka bergelut di tanah.

Saat emosi memuncak, Amran menarik pisau dari sweater hoodie yang dikenakannya.

Lalu pisau itu ditusukkan berkali-kali sampai Febeidar tewas.

Adanya pisau yang sudah dibawa sejak awal itu, menimbulkan tanya.

Ditanya soal pisau, David mengakui memang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Amran sebagai penyiram tanaman.

Baca juga: Detik-detik Sopir Angkot Ditembak KKB Papua, Sempat Menelpon Mengaku Terancam, Korban Disangka Intel

Baca juga: Gagal Terpilih Lagi, Ini Sejumlah Anggota DPRD Riau yang Ikut Ramaikan Pilkada Serentak 2024

Apakah ada unsur pembunuhan berencana, polisi belum dapat menyimpulkan.

Pemeriksaan sedang berjalan secara intensif.

"Kita masih mendalami," kata Kepala Kepolisian Sektor Kampar Kiri Hilir, IPTU. Irwan Fikri melalui Kepala Unit Reserse Kriminal, IPDA. David Gusmanto kepada Tribunpekanbaru.com, Jumat (13/6/2024).

Diketahui pasangan tersebut menikah di Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara sekitar 2011 silam.

Kini mereka mempunyai empat orang anak.

"Anak paling besar (sulung) lahir 2013 (berusia 11 tahun). Yang paling kecil (bungsu)baru 5 tahun," kata David .

Amran menghabisi istrinya dengan beberapa tikaman pisau di areal tanaman Eukaliptus yang berada dalam wilayah Desa Rantau Kasih Kecamatan Kampar Kiri Hilir. Ia bekerja menyiram bibit Eukaliptus.

"Kamu tau (korban pembunuhan) adalah orang yang kamu cintai selama bertahun-tahun. Disitulah dia menangis," kata David menirukan ucapannya saat berbicara dengan Amran.

Menurut dia, Amran mengaku istrinya selama ini suka melawan dan menjawab-jawab omongannya.

"Katanya (Amran) sih begitu," imbuhnya.

Baca juga: Informasi Gempa Hari Ini : Terjadi di Daruba Kabupaten Marotai, Maluku Utara Magnitudo 5.0

Baca juga: UPDATE Haji 2024, Jemaah Haji Asal Rohil Riau Hari Ini Bertolak Untuk Wukuf di Arafah 

Analisis Psikolog

Riza Muhardeni, M.Psi Psikolog Halodoc dan Klikdokter.com asal Pekanbaru mengungkap salah satu faktor utama yang menyebabkan mudahnya pasangan tersulut emosi adalah kurangnya komunikasi.

Komunikasi merupakan elemen vital dalam hubungan suami istri yang harus dilakukan secara rutin dan terbuka.

Ketika komunikasi kurang, peluang terjadinya salah paham meningkat, dan emosi negatif dapat terakumulasi.

Emosi yang tidak diungkapkan atau diatasi dengan baik dapat menjadi "bom waktu" yang sewaktu-waktu bisa meledak ketika ada pemicu kecil, mengarah pada kekerasan fisik atau emosional.

Menahan emosi dan tidak mengekspresikannya sama seperti menyimpan sampah dalam tubuh.

Tubuh dan pikiran manusia memiliki kapasitas tertentu untuk menampung emosi.

Ketika emosi negatif seperti kemarahan, kekecewaan, atau rasa sakit hati tidak diungkapkan, mereka akan menumpuk dan akhirnya memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.

Ibarat kita memegang pena yang ringan, memang tidak begitu terasa berat, tetapi jika dipegang sepanjang hari, mulai dari pagi sampai sore saja misalnya, tangan kita akan merasa lelah dan pegal, apalagi kalau sampai berhari-hari.

Demikian pula dengan emosi yang tidak diungkapkan oleh pasangan suami istri, lama kelamaan akan menjadi beban berat yang bisa mengarah pada tindakan destruktif, dan tentunya akan merugikan masing-masing.

Apalagi ketika meninggal dunia salah satu, anak-anak juga akan ikut menderita.

Untuk menghindari situasi di mana emosi negatif mendominasi, pasangan suami istri perlu melakukan beberapa strategi pengelolaan emosi dan komunikasi yang efektif, misalnya berkomunikasi secara rutin dan terbuka.

Luangkan waktu setiap hari untuk berbicara dari hati ke hati dengan pasangan.

Diskusikan hal-hal kecil hingga masalah besar, sehingga tidak ada perasaan yang terpendam.

Contohnya sebelum tidur, usahakan untuk mengobrol dengan pasangan tentang apa yang dirasakan hari itu. Ini membantu mengurangi beban emosi yang menumpuk.

Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan dan menerima cinta.

Mengetahui dan memahami bahasa cinta pasangan dapat memperkuat ikatan emosional dan meningkatkan kepuasan dalam hubungan.

Jika konflik dan emosi negatif sudah sulit diatasi secara mandiri, pasangan bisa mencari bantuan dari konselor atau terapis pernikahan. Profesional ini bisa membantu menemukan akar masalah dan menawarkan solusi yang tepat.

Dengan komunikasi yang baik dan pengelolaan emosi yang efektif, pasangan suami istri dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan menghindari tindakan kekerasan.

Penting untuk selalu ingat bahwa komunikasi adalah kunci utama dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan bahagia.

(TRIBUNPEKANBARU.COM)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved