Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Suami Bunuh Istri di Kampar

Suami Bunuh Istri di Kampar Riau, Psikolog Ungkap Pemicunya

Mudahnya suami istri tersulut emosi kemudian berujung pada tindakan kekerasan hingga pembunuhan memang cukup banyak terjadi belakangan

Penulis: Alex | Editor: Sesri
ISTIMEWA
Riza Muhardeni, M.Psi Psikolog Halodoc dan Klikdokter.com asal Pekanbaru 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Mudahnya suami istri tersulut emosi kemudian berujung pada tindakan kekerasan hingga pembunuhan memang cukup banyak terjadi belakangan ini.

Terbaru di Kampar, suami tega menikam istrinya hingga tewas. ,Beberapa hari lalu kita juga dikejutkan dengan kejadian istri bakar suami, yang keduanya sama-sama anggota kepolisian.

Fenomena ini mengundang keprihatinan dan memerlukan pemahaman yang lebih mendalam dari perspektif psikologi.

Riza Muhardeni, M.Psi Psikolog Halodoc dan Klikdokter.com asal Pekanbaru mengungkap salah satu faktor utama yang menyebabkan mudahnya pasangan tersulut emosi adalah kurangnya komunikasi.

Komunikasi merupakan elemen vital dalam hubungan suami istri yang harus dilakukan secara rutin dan terbuka.

Ketika komunikasi kurang, peluang terjadinya salah paham meningkat, dan emosi negatif dapat terakumulasi.

Emosi yang tidak diungkapkan atau diatasi dengan baik dapat menjadi "bom waktu" yang sewaktu-waktu bisa meledak ketika ada pemicu kecil, mengarah pada kekerasan fisik atau emosional.

Baca juga: Suami Bunuh Istri di Kampar Riau, Sempat Bergelut Sampai Tusuk Tubuh Korban Berkali-Kali

Baca juga: Kronologi Suami Tikam Istri hingga Tewas di Kampar Riau, Emosi Gara-gara Hal Ini

Baca juga: BREAKING NEWS: Suami Tega Tikam Istri Hingga Tewas di Kampar Riau, Perut Korban Ditusuk Berkali-Kali

Menahan emosi dan tidak mengekspresikannya sama seperti menyimpan sampah dalam tubuh.

Tubuh dan pikiran manusia memiliki kapasitas tertentu untuk menampung emosi. Ketika emosi negatif seperti kemarahan, kekecewaan, atau rasa sakit hati tidak diungkapkan, mereka akan menumpuk dan akhirnya memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.

Ibarat kita memegang pena yang ringan, memang tidak begitu terasa berat, tetapi jika dipegang sepanjang hari, mulai dari pagi sampai sore saja misalnya, tangan kita akan merasa lelah dan pegal, apalagi kalau sampai berhari-hari.

Demikian pula dengan emosi yang tidak diungkapkan oleh pasangan suami istri, lama kelamaan akan menjadi beban berat yang bisa mengarah pada tindakan destruktif, dan tentunya akan merugikan masing-masing. Apalagi ketika meninggal dunia salah satu, anak-anak juga akan ikut menderita.

Untuk menghindari situasi di mana emosi negatif mendominasi, pasangan suami istri perlu melakukan beberapa strategi pengelolaan emosi dan komunikasi yang efektif, misalnya berkomunikasi secara rutin dan terbuka.

Luangkan waktu setiap hari untuk berbicara dari hati ke hati dengan pasangan. Diskusikan hal-hal kecil hingga masalah besar, sehingga tidak ada perasaan yang terpendam.

Contohnya sebelum tidur, usahakan untuk mengobrol dengan pasangan tentang apa yang dirasakan hari itu. Ini membantu mengurangi beban emosi yang menumpuk.

Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan dan menerima cinta. Mengetahui dan memahami bahasa cinta pasangan dapat memperkuat ikatan emosional dan meningkatkan kepuasan dalam hubungan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved