Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Dokter di Semarang Tewas dalam Kos

Hasil Visum Aulia Risma, Dokter Muda yang Tewas di Kamar Kos, Keluarga Bantah Akhiri Hidup

Hasil visum Dokter di Semarang Tewas dalam Kos sangat dinantikan untuk mengetahui penyebab kematian Aulia Risma Lestari .

Editor: Muhammad Ridho
HO TribunBengkulu.com/Istimewa
Kuasa hukum keluarga dr Aulia, Susyanto, menunjukkan surat kuasa dari keluarga dokter yang meninggal di Semarang, Jumat (16/8/2024). 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Hasil visum Dokter di Semarang Tewas dalam Kos sangat dinantikan untuk mengetahui penyebab kematian Aulia Risma Lestari .

Diketahui Dokter di Semarang Tewas dalam Kos tersebut diduga mengakhiri hidup gara-gara dibully.

Namun pihak keluarga memberikan keterangan bantahan terkait kondisi sang anak yang disebutkan meninggal dunia karena bunuh diri.

Melalui kuasa hukumnya, Susyanto SH MH, keluarga membantah jika dokter Aulia Risma Lestari bunuh diri.

Keluarga memberikan keterangan resminya di rumahnya di Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jumat (16/8/2024), seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJateng.com, Sabtu (17/8/2024).

Susyanto SH MH mengatakan, menanggapi terkait ramainya pemberitaan ada perundungan atau tidak, pihaknya tidak bisa memberikan keterangan secara vulgar karena dikhawatirkan akan terjadi blunder.

Keterangan itu akan disampaikannya secara terang benderang kepada kepolisian. 

"Terkait yang viral katanya, nuwun sewu korban meninggal karena bunuh diri itu kami sangkal. Itu tidak benar. Bahwa almarhumah meninggal dunia karena sakit," katanya dikutip Tribun-medan.com dari TribunJatim.com

Susyanto menjelaskan, almarhumah memiliki riwayat penyakit saraf kejepit yang jika kelelahan itu terasa sakit 

Mungkin saat almarhumah merasa sakit dan kelelahan, dalam keadaan darurat dia lalu menyuntikkan obat anestesi dan kelebihan dosis. 

Undip Sebut Tewas Karena Punya Masalah Kesehatan 

Universitas Diponegoro (Undip) kalrifikasi kasus Dokter di Semarang Tewas dalam Kos yang bernama dr Aulia Risma Lestari menjadi sorotan publik.

Sebab, kuat dugaan dr Aulia mengakhiri hidupnya sendiri lantaran tidak tahan dengan bullying atau perundungan.

Pihak kampus pun menyebut almarhumah memiliki sakit.

Fakta tersebut diketahui setelah pihak Undip melakukan investigasi terkait meninggalnya dr Aulia Risma Lestari.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal Undip, hal tersebut tidak benar,"

"Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, almarhumah mempunyai problem kesehatan yang dapat memengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh," ujar Rektor Undip Suharmomo lewat siaran pers di laman universitas mengutip dari Tribunnews.com, Jumat (16/8/2024).

Meski begitu, pihak Undip tak menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami korban untuk melindungi privasi korban.

Pihak Program Studi (Prodi) Anaestesi juga menyikapi masalah kesehatan yang dialami korban dengan melakukan pemantauan.

"Pengelola Pendidikan Program Studi Anestesi menyikapi problem kesehatan yang dialami korban dengan memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangkutan selama proses pendidikan," ujarnya.

Korban pun sempat mengundurkan diri, namun karena menerima beasiswa, korban mengurungkan niatnya.

"Berdasarkan kondisi kesehatannya, korban sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga korban mengurungkan niat tersebut," lanjutnya.

Pihak universitas juga terbuka dengan fakta valid di luar hasil investigasi dan siap berkoordinasi dengan pihak manapun.

"Kami sangat terbuka dengan fakta-fakta valid lain di luar hasil investigasi yang telah Undip lakukan,"

"Kami Siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan 'zero bullying' di Fakultas Kedokteran Undip," lanjutnya.

Keluarga Bantah Akhiri Hidup gegara Dibuli

Babak baru kasus dokter muda Aulia Risma Lestari atau ARL (30) yang merupakan dokter residen mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Keluarga membantah bahwa Aulia meninggal karena bunuh diri dan mengalami perundungan.

"Terkait yang viral, katanya, nuwun sewu, korban meninggal karena bunuh diri, itu kami sangkal. Itu tidak benar. Bahwa almarhumah meninggal dunia karena sakit," kata Susyanto, kuasa hukum keluarga Aulia dalam konferensi pers di Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal.

Hanya saja, Susyanto tidak bisa memberikan keterangan secara vulgar karena dikhawatirkan akan terjadi blunder. 

Keterangan itu akan disampaikannya secara terang benderang kepada kepolisian. 

Susyanto menjelaskan, almarhumah memiliki riwayat penyakit saraf kejepit yang jika kelelahan terasa sakit.

Keluarga menduga, saat almarhumah merasa sakit dan kelelahan, dalam keadaan darurat, dia lalu menyuntikkan obat anestesi dan kelebihan dosis. 

"Intinya, pihak keluarga menampik terkait almarhumah itu meninggal dunia karena bunuh diri."

"Kami, sebagai kuasa hukum dari keluarga itu menolak berita tersebut," katanya.

Saat ditanya apakah almarhumah pernah bercerita ke orangtuanya saat menjalani PPDS, menurut Susyanto, hal itu akan dibuka terang benderang apabila penegak hukum meminta keterangan resmi keluarga. 

Ia khawatir, penyampaian informasi kepada media justru akan menjadi fitnah. 

Menanggapi hasil investigasi Kemenkes soal temuan perundungan, pihak keluarga menyerahkan kepada Kemenkes RI. 

"Itu kewenangan dari pihak Kementerian Kesehatan untuk menata dapur rumah tangganya. Kami hanya sebatas memberikan keterangan apa yang dibutuhkan oleh Kemenkes RI," jelasnya. 

Kata Menkes

Fakta baru kasus dugaan bunuh diri dokter muda, Aulia Risma Lestari (ARL), peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Undip yang ada di RSUP dr Kariadi terkuak.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, ARL ditemukan tewas di kos, diduga bunuh diri dengan menyuntikkan cairan obat bius keras ke dalam tubuhnya.

Korban diduga bunuh diri karena tak kuat menjadi sasaran bully atau perundungan dari para seniornya.

Dalam penyelidikan yang dilakukan Kementrian Kesehatan (Kemenkes), terungkap tak hanya korban yang mengalami perundungan.

Bahkan, pascamencuatnya kasus ini, seluruh junior pada PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi mengalami intimidasi.

Dokter junior peserta PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang diintimidasi oleh senior agar bungkam dan tak membeberkan fakta perundungan dan bully saat diperiksa pihak berwenang.

Oleh karena mendapati hal ini dalam penyelidikan, Kemenkes memutuskan menghentikan PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi.

"Penutupan sementara ini kami lakukan karena begitu kami mau memeriksa semua murid junior diintimidasi tidak boleh bicara," terang Budi Gunadi dikutip dari tayangan di Kompas TV.

Ia berharap dengan pemberhentian ini, penyelidikan bisa dilakukan dengan cepat, bersih dan transparan, bebas dari intimidasi.

"Kami nggak ada niat menutup program ini selamanya enggak, kami hanya ingin bikin situasi yang nyaman agar semua yang terlibat pada saat dipanggil, bisa berbicara apa adanya tanpa takut diancam seniornya," jelasnya lebih lanjut.

Dengan begitu nantinya akan diambil tindakan yang tepat dan cepat sehingga bisa dibuka kembali Program Pendidikan Dokter Spesialis.

Ia menjelaskan saat ini Kemenkes sudah ada mengirim tim ke Semarang, dan sudah melakukan pemeriksaan-pemeriksaan.

Menkes menyebutkan saat ini ia menerima cukup banyak laporan tentang hal serupa yang terjadi di PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi.

Dari informasi yang dia terima hasil otopsi sudah keluar dan dipastikan bahwa Dokter Aulia Risma meninggal karena bunuh diri.

Oleh karena itu polisi juga sudah turun tangan untuk melakukan pemeriksaan.

Isi Buku Harian Aulia Risma Lestari 

Berikut isi lengkap buku diary Aulia Risma Lestari yang ditulis di buku hariannya tertanggal  5 Juli 2024: 

"1 semester aku berjuang di sini,"

"Terlalu berat untukku," 

"Sakit sekali," 

"Beban fsiknya begitu besar," 

"Aku ingin berhenti," 

"Sakit sekali, sungguh sakit," 

"Rasanya masih sama," 

"Aku ingin berhenti,"

Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini,"

"Ada yang bisa menolong saya,"

"Apa Tuhan tau saya tersiksa,"

"Apa Tuhan tau aku kesakitan,"

"Kenapa di setiap aku berharap,"

"Aku ingin berhenti,"

"Aku tidak sanggup setiap hari bekerja seperti ini,"

"Ada yang bisa menolong saya,"

"Apa Tuhan tau saya tersiksa,"

"Apa Tuhan tau aku kesakitan,"

"Kenapa di setiap aku berharap,"

"Tapi kenapa aku dibiarkan,"

"Apa aku dilahirkan hanya untuk mengakhiri,"

"Seni kehidupan mana yang kulihat dahulu sehingga aku setuju untuk memililih dilahirkan,"

"Aku tidak serta merta menyerah tanpa berusaha,"

"Tapi kenapa aku dibiarkan,"

"Apa aku dilahirkan hanya untuk mengakhiri,"

"Seni kehidupan mana yang kulihat dahulu sehingga aku setuju untuk memililih dilahirkan,"

"Aku tidak serta merta menyerah tanpa berusaha,"

"Tapi kenapa aku dibiarkan,"

"Apa aku dilahirkan hanya untuk mengakhiri,"

"Seni kehidupan mana yang kulihat dahulu sehingga aku setuju untuk memililih dilahirkan,"

"Aku tidak serta merta menyerah tanpa berusaha,"

"Aku mohon,"

"Aku mohon,"

"Aku tidak sanggup lagi,"

"Bila harus menanggung lebih lama lagi,"

"Aku sendirian, aku berjuang sendiri,"

"Tidak ada yang menolongku,"

"Aku tidak ingin sesakit ini lebih lama lagi,"

"Semoga Tuhan mengampuniku,"

"Tuhan, aku sakit,"

"Aku mohon tempat aku pulang,"

Isi curhatan tersebut menggambarkan kondisi mental Aulia Risma yang mengalami tekanan berat.

( Tribunpekanbaru.com )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved