Chaidir Rilis 3 Buku Sekaligus, Ingin Abadi dalam Tulisan Menjadi Alasan untuk Terus Berkarya
Penulis Riau Chaidir luncurkan 3 buku sekaligus dengan judul Celoteh Kedai Kopi Melayu, Bangsa Tersandera, dan Tragedi Pandemi Virus Akal Budi
Penulis: Alex | Editor: FebriHendra
TRIBUNPEKANBARU.COM - Tokoh masyarakat Riau yang juga penulis andal, Chaidir merilis tiga buku sekaligus di Balai Serindit Pemprov Riau, Kamis (7/11/2024).
Tiga buku yang rilis bersamaan itu berjudul, Celoteh Kedai Kopi Melayu, Bangsa Tersandera, dan Tragedi Pandemi Virus Akal Budi.
Bagi Chaidir alasan untuk tetap berkarya lewat tulisan adalah karena dengan menulis, ia akan kekal, dan akan terus dikenang.
"Apa yang diucapkan akan terbang bersama angin, apa yang ditulis akan abadi sepanjang masa. Saya tidak ingin menjadi tua, makanya saya menulis," kata Chaidir saat memberikan sambutannya dalam peluncuran 3 bukunya tersebut.
Ya, sosok Dr drh H Chaidir MM yang dikenal luas sebagai tokoh masyarakat Riau, kini membuktikan kiprahnya di dunia literasi dengan meluncurkan tiga buku sekaligus di usianya yang ke-72 tahun.
Dalam momen istimewa ini, Chaidir mengisahkan perjalanan panjangnya dalam dunia tulis-menulis, yang dimulai sejak masa mudanya di Yogyakarta. Ketika tinggal di asrama Riau, ia sekamar dengan Nasrun, salah seorang seniornya yang juga seorang penulis, asal Indragiri Hulu.
"Banyak yang takut sekamar dengan beliau, tapi saya tak punya pilihan lain. Tapi ternyata, orangnya baik dan sering menulis di media massa. Artikelnya bahkan sering terbit di Kompas, media bergengsi dari dulu hingga sekarang," kenang Chaidir.
Perkenalan dengan dunia jurnalistik dan kepenulisan mendorong Chaidir untuk mencoba menulis sendiri. Pada tahun 1973, ketika ia masih mahasiswa, uang kiriman bulanan sebesar Rp3.500 cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang rata-rata hanya Rp100.
Ketertarikannya pada menulis semakin dalam ketika tulisannya berhasil terbit di salah satu media di Yogyakarta. Ketika artikel pertamanya diterbitkan di Kompas, ia menerima honor sebesar Rp1.500, yang membuatnya merasa berkecukupan karena memegang Rp5.000 setiap bulan, jumlah yang cukup banyak untuk seorang mahasiswa perantau pada masa itu. "Saya jadi ketagihan menulis," tuturnya tersenyum.
Pengalaman menulis itu tidak hanya berakhir di masa kuliahnya. Tahun 1982, ketika menjadi anggota dewan yang mewakili Kepulauan Riau dan tinggal di Batam, kebiasaan menulis tetap ia jalani. Hal ini berlanjut hingga ia menjabat sebagai Ketua DPRD Riau pada tahun 1999.
"Kawan-kawan bilang, tulisan saya membuat mereka bisa mengikuti alur pikiran saya. Itu alasan mereka mendorong saya menjadi Ketua DPRD," ujarnya.
Pada tahun 2002, Chaidir pernah menerbitkan dua buku dalam rangka ulang tahunnya yang ke-50.
Gubernur Riau saat itu, Pak Saleh Djasit, berperan besar dalam peluncuran tersebut. Kini, setelah 22 tahun berlalu, Saleh Djasit kembali hadir dalam peluncuran tiga buku terbaru Chaidir.
"Pak Saleh adalah pahlawan saya," ujar Chaidir, seraya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat, instansi, dan BUMD yang turut mendukung penerbitan buku-bukunya.
Chaidir, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), berharap tulisan-tulisannya bisa menginspirasi masyarakat, terutama para pemuda.
| Contoh Soal Literasi Digital Asesmen Nasional ANBK 2025 Dilengkapi Kunci Jawaban |
|
|---|
| Contoh Soal Tes Literasi Digital PPG Prajabatan 2025 Guru SD dan SMP Lengkap dengan Kunci Jawaban |
|
|---|
| Alasan Keluarga Sheila Pilih Diam soal Cek Mahar Rp 3 Miliar dari Kakek Tarman |
|
|---|
| UPDATE Dosen di Jambi Dihabisi Mantan Sang Polisi: Bripda Waldi Dipecat |
|
|---|
| Tulisan 'Die' Ditemukan di Samping FN, Siswa yang Diduga Picu Ledakan di SMA 72 Jakarta Utara |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/Chaidir-kanan-menyerahkan-bingkisan-buku.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.