Berita Riau
Pentingnya Masterplan Pengintegrasian Bank Sampah dalam Tata Kelola Sampah di Kota Pekanbaru
Tim peneliti dari Universitas Lancang Kuning, Universitas Telkom, Akademia Untuk Indonesia, dan Perbanusa DPD I Riau menyusun dokumen masterplan
TRIBUNPEKANBARU.COM - Tim peneliti dari Universitas Lancang Kuning, Universitas Telkom, Akademia Untuk Indonesia, dan Perbanusa DPD I Riau tengah menyusun dokumen masterplan.
Dokumen masterplan ini nantinya diharapkan bisa memberikan perencanaan pengintegrasian bank sampah (di tingkat unit dan induk) dalam sistem tata kelola sampah kota Pekanbaru secara resmi
Dokumen yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tahun 2025 ini diharapkan selesai paling lambat Desember 2025.
Adapun substansi masterplan ini pada prinsipnya akan memetakan rantai nilai dan rantai pasok sampah, dimulai dari sumber pertama (rumah tangga, industri), pengolahan, hingga ke pemusnahan residu (sampah tidak terolah).
Baca juga: Pemkab Siak Bakal Kelola Sampah Berkelanjutan, Wujudkan Bank Sampah di Kampung-kampung
Termasuk juga aspek legal formal, kalkulasi koefisien kebutuhan bank sampah unit, armada pengangkutan, rute, dan titik lokasi berdasarkan kapasitas pengangkutan dan kepadatan penduduk.
Ketua, Tim Penyusun Masterplan Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Bank Sampah – Universitas Lancang Kuning, Afred Suci, Ph.D mengatakan di dalamnya juga akan memuat studi kelayakan operasional bank-bank sampah eksisting untuk diikutsertakan dalam ekosistem, termasuk kelayakan investasi (pemerintah dan swasta) dalam pengembangan ekosistem ini.
Dikatakannya, idealnya, minimal setiap RW memiliki 1 bank sampah unit, dan terdapat setidaknya 1 unit bank sampah induk di tingkat kecamatan.
" Peran LPS di tingkat kelurahan juga dapat dioptimalkan dalam rancangan ekosistem ini. Target jangka panjangnya adalah menihilkan aliran sampah ke TPA, yang sudah babak belur menampung serbuan sampah yang terus meningkat seiring peningkatan pertumbuhan konsumsi dan populasi," ungkap Alfred Suci
Intinya menurut Alfred Suci, bagaimana mengonversikan ratusan miliar yang menguap dalam bentuk solar truk memindahkan sampah dari rumah warga ke TPA.
Kemudian menjadi investasi Pemko Pekanbaru yang memberikan nilai tambah bagi para pihak di sepanjang rantai pasok.
Selanjutnya akan mengoptimalkan iuran sampah warga menjadi insentif langsung dan tidak langsung yang bisa dirasakan dampak positifnya oleh warga.
" Saat ini, target ideal ini tentu masih jauh panggang dari api. Bagaimana memulainya pun masih menjadi tanda tanya besar" ujarnya.
Masterplan yang diinisiasi tim ini merupakan salah satu langkah kecil untuk memulai menyatukan kepingan-kepingan kompleksitas tersebut.
Harapannya, perencanaan ini menjadi salah satu alternatif di antara alternatif lain yang sudah dipertimbangkan oleh pemerintah, seperti waste to energy, waste to biofuel, dan lain sebagainya.
" Tak lain tak bukan, semua alternatif ini tentunya bertujuan untuk mengelola seluruh permasalahan masyarakat kota Pekanbaru—khususnya sampah—secara smart and sustainable" ungkap Alfred Suci
Baca juga: Bank Sampah Cinta Lestari Dikunjungi Tim Wantannas RI
Krisis Tumpukan Sampah
Dipaparkan Alfred Suci, sejak Juni 2025, Pekanbaru mulai dihantui krisis tumpukan sampah di segala penjuru kota.
Berbagai ruas jalan protokol berubah menjadi tempat penumpukan sampah terbuka.
Warga dan pedagang mengeluh karena tumpukan limbah rumah tangga, sisa makanan, dan sisa kurban, yang menimbulkan bau menyengat, lalat, serta kekhawatiran akan ancaman penyakit.
Belum lagi bicara gangguan estetika kota. Kondisi yang semakin kritis ini dipuncaki oleh kenyataan pemutusan kontrak kerja pengangkutan sampah oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dengan PT. EPP, menyusul aksi mogok para pekerja karena gaji yang tak kunjung dibayar.
Dampaknya langsung terasa: jalur distribusi sampah sempat berhenti, TPS penuh, TPA tidak terakses, dan kota nyaris lumpuh dalam urusan sampah.
Gotong royong darurat yang digalang OPD dan lurah, serta kewajiban piket menjaga TPS bagi para ASN di lingkup Pemko Pekanbaru pun hanya menjadi penambal sementara—bukan penyembuh.
Kebijakan Lembaga Pengelola Sampah (LPS) di setiap kelurahan, hingga saat ini juga tak jelas arahnya.
Krisis ini bukanlah peristiwa tunggal, melainkan cerminan dari model pengelolaan yang rapuh.
" Kita terlalu lama bergantung pada skema end-of-pipe—yakni kumpul-angkut-buang (KAB)—yang pada dasarnya hanya memindahkan masalah dari satu titik ke titik lain. Tidak ada nilai tambah. Tidak ada pemberdayaan warga. Tidak ada keberlanjutan. Namun saat ini, kita tak butuh saling menyalahkan" ungkap Alfred Suci
Menurut Alfred Suci, para pemikir dan aktivis negeri bertuah ini sudah selayaknya mencarikan berbagai solusi alternatif, yang tidak sekadar jangka pendek, namun juga menawarkan sisi keberlanjutan dalam jangka panjang.
Salah satu yang paling potensial: Bank Sampah. Kemudian membentuk ekosistem berkeadilan dan berkelanjutan
Bank sampah bukan hal baru. Kajian, baik oleh pemerintah, aktivis lingkungan, dan akademisi sudah tak terhitung banyaknya.
Yang relatif belum tersentuh adalah: bagaimana memasukkan proses bisnis bank sampah dalam rantai pasok/kelola (supply chain) sampah kota Pekanbaru secara legal, sehingga membentuk ekosistem formal yang memberikan nilai tambah di sepanjang “rantai perjalanan sampah” bagi para pihak.
Baca juga: RAPP Gencarkan Program Bank Sampah dan Targetkan Zero Waste Tahun 2030 Mendatang
Mereka adalah para ibu rumah tangga dan kelompok masyarakat tak berpenghasilan tetap, RT/RW, para entrepreneur sosial lingkungan, industri, termasuk bagi pemerintah kota dalam bentuk retribusi.
Sungguh jaringan yang rumit—jika hanya dipikirkan, dikaji dengan sains dan teori-teori yang tegak di menara gading—tapi melupakan satu hal esensial: bagaimana menyusun perencanaan yang operasional dan taktis untuk mewujudkan ekosistem yang saling bersinergis tanpa “basa-basi” birokratis.
" Sebuah perencanaan terukur dan terstruktur dibutuhkan agar pemerintah, bank sampah, LPS, masyarakat tidak berjalan sendiri-sendiri dalam mencari solusi masalah sampah yang tak kunjung usai," tutup Alfred Suci. (*)
Penulis adalah
Ketua Tim Penyusun Masterplan Pengelolaan Sampah Berbasis Pemberdayaan Bank Sampah-Universitas Lancang Kuning
Asita Riau Akhiri Dualisme, Siap Satukan Langkah Majukan Pariwisata Daerah |
![]() |
---|
Relawan Jokowi di Riau Bantah Terlibat dan Dikaitkan Isu Makar Wacana Riau Merdeka |
![]() |
---|
Misi Menjaga Bahasa Melayu Riau dari Kepunahan, Dimulai dari Sekolah |
![]() |
---|
Riau Bakal Punya Kodam 19/Tuanku Tambusai, Dijadwalkan Diresmikan Presiden 10 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Sempena SOIna Riau ke 36, Terus Kembangkan Potensi dan Kreatifitas Anak Bertalenta Khusus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.