Pendangkalan Sungai Anak Serka Inhil, Warga Berjam-Jam Tunggu Air Pasang untuk Bawa Hasil Kebun

Butuh berjam – jam bagi petani untuk membawa hasil kebunnya keluar desa karena menunggu air sungai pasang besar agar perahu mereka bisa keluar.

Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: M Iqbal
Foto/dokkadeskelumpang
PENDANGKALAN - Warga Desa Kelumpang kesulitan melewati Sungai Anak Serka karena sampah yang menyebabkan pendangkalan setelah tidak ada normalisasi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, TEMBILAHAN – Tidak mudah dan butuh perjuangan serta kesabaran bagi warga di Kecamatan Gaung, kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) untuk melakukan aktifitas sehari – hari di Sungai Anak Serka, khususnya bagi para petani.


Hasil kebun seperti kelapa sawit dan kelapa bulat yang sudah dipanen tidak serta merta bisa mereka bawa keluar untuk di jual.


Butuh berjam – jam bagi petani untuk membawa hasil kebunnya keluar desa, bahkan di massa kemarau bisa butuh berhari – hari agar bisa keluar melalui jalur Sungai Anak Serka.


Bukan tanpa alasan, pendangkalan dan penyempitan yang terjadi di Sungai Anak Serka menjadi kendala tersendiri bagi warga yang kesulitan melintas dengan sampan atau pompong mereka.


Transportasi air yang digunakan warga kerap kandas melewati sungai Anak Serka tepatnya di wilayah perairan perbatasan Desa Kelumpang dan Desa Idaman.


Warga harus rela menunggu air sungai pasang agar kapal mereka bisa melintas keluar melalui Sungai Anak Serak yang telah menjadi satu – satunya akses warga menuju dunia luar.


“Kalau keluar siang kami tidak bisa lewat karena air sungai surut yang membuat kedangkalan kian parah. Sore saat sudah pasah kami baru bisa lewat setelah menunggu 5 – 6 jam,” ujar Utoh warga Desa Kelumpang kepada Tribunpekanbaru.com, Minggu (28/6/2025).


Menurut Utoh, warga pun harus berharap dari kapal – kapal besar bermuatan puluhan ton untuk membuka jalur sungai dangkal yang dipenuhi berbagai macam sampah.


“Kalau sampan atau pompong warga jelas tidak bisa lewat, bahkan bisa 2 hari tidak jalan kalau musim kemarau. Tapi kalau kapal besar lewat membuka jalan baru bisa kita lewat, tapi tidak setiap hari juga, 2 kali seminggu lah,” ucapnya.


Sungai yang membelah Kecamatan GAS ini telah  menjadi urat nadi sejumlah desa, mulai dari aktifitas perkebunan hingga aktifitas harian lainnya.


Oleh karena itu Utoh meminta normalilasi agar segera dilakukan dengan mengeruk sungai menggunakan alat berat agar tidak lagi dangkal dan sempit.


“Kami warga sejumlah desa sudah berupaya mengeruk secara manual, tapi tetap dangkal lagi, jadi harus di keruk betul – betul dengan alat berat,” harapnya.


Tidak hanya Desa Kelumpang, masih ada Desa Rambaian, Kelurahan Sungai Empat dan Desa Idaman yang terdampak dari pendangkalan sungai anak serka ini.


Warga kelurahan dan desa diatas sangat bergantung dengan jalur sungai ini untuk distribusi logistik, begitu juga saat ada warga sakit yang harus dibawa ke kecamatan atau ke Ibu Kota kabupaten, yaitu Tembilahan.


Menurut Kepala Desa Rambaian Hasbi, jalur sungai satu – satunya masuk ke desa – desa yang ada di kecamatan GAS tersebut mulai mengalami pendangkalan sejak 10 tahun terakhir.


Sejak saat itu juga tidak pernah dinormalisasi sehingga menyebabkan warga tidak dapat beraktivitas dengan lancar melalui sungai tersebut.


“Pendangkalan dan penyempitan sungai ini disebabkan masuknya sampah pohon nipah dan rumput yang tebal, serta sampah-sampah lainnya yang menumpuk apalagi di musim kemarau ini,” ujar Hasbi terpisah.


Lebih lanjut Kepala Desa Kelumpang Bambang menyoroti aktifitas perusahaan yang beroperasi di sekitar desa tersebut yang dinilainya tidak memiliki andil besar terhadap persoalan ini.


Menurutnya terdapat dua perusahaan di Kecamatan GAS yang juga mengakses Sungai Anak Serka ini, yaitu PT. Bina Duta Laksana (BDL) akasia group dari RAPP dan PT Citra Palma Kencana (CPK) sawit group Surya Dumai.


“Didesa Rambaian tepatnya perusahaan ini, Kelumpang sepadannya. Sungai ini merupakan fasilitas jalan utama air perusahaan tersebut, dan mereka bongkar muat hasil sawit dan material bangunan di jalur sungai ini,” ujar Bambang.


Selain itu sungai yang semakin dangkal dan sempit juga karena kanal-kanal PT. CPK semua menembus ke sungai induk dan belum lagi air yang sudah tercemar akibat sisa buah yang berjatuhan, sisa pupuk dan sebagainya.


“Aktifitas ini mengakibatkan air sungai tidak lagi bisa di pergunakan masyarakat sebagaimana mestinya. Kita ingat dulu zaman sebelum perusahaan masuk, sungai kita air nya bersih tidak pernah dangkal dan buntu, ikan banyak semua akses sungai bagus,” beber Bambang.


Bambang pun mengaku sedih melihat kondisi sungai dan desa saat ini, apalagi pihak perusahaan tidak melakukan upaya penyelamatan sungai anak serka yang juga mereka gunakan untuk kelancaran operasional perusahaan.


“Sedih melihat gini, padahal sudah kami sudah ajukan permohonan proposal dan segala macam, tapi belum ada respon,” keluhnya.


Bukannya tanpa usaha, warga 4 desa dan kelurahan ini sudah sering melakukan gotong royong, namun pemerintah Kabupaten atau Provinsi harus turun tangan membantu untuk hasil lebih maksimal.


Jika tidak secepatnya dilakukan, Kades Idaman Risno menambahkan, maka sungai yang menjadi jalur utama warga untuk mengeluarkan hasil pertanian ini bisa terancam buntu atau tidak dapat digunakan.


“Tidak lama lagi sungai ini tidak bisa kami gunakan jika pemerintah tidak melakukan normalisasi terhadap Sungai Anak Serka sehingga bisa memudahkan warga desa di Kecamatan GAS,” pungkasnya.


Kondisi geografis yang didominasi rawa dan hutan nipah menjadikan sungai-sungai di daerah ini sangat rentan tertutup sedimentasi dan sampah organik.


Selain faktor alam, kurangnya program normalisasi rutin dari pemerintah menjadi penyebab utama terganggunya mobilitas masyarakat.


Persoalan ini harus segera ditangani karena berdampak pada ekonomi lokal serta dikhawatirkan menyumbang pada masalah sosial dan ketimpangan pembangunan antarwilayah.


Terpisah, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Inhil, Siska Oktavia menyatakan akan turun langsung ke lapangan dalam waktu dekat untuk meninjau kondisi aktual dan mencarikan solusi konkret bersama pemerintah daerah.


“Kami dari Komisi II akan turun, masalah pendangkalan sungai bukan hal sepele, karena menyangkut akses ekonomi dan layanan kesehatan bagi ribuan warga,” tegas anggota Fraksi Partai Demokrat ini saat dikonfirmasi awak media.


Menurutnya, sungai ini juga berperan vital dalam kondisi darurat, seperti kondisi saat warga sakit atau ibu hamil yang harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit, akses tercepat adalah melalui jalur sungai.


Oleh karena itu, sebagai mitra kerja pemerintah di bidang infrastruktur dan pembangunan daerah, Siska sapaan akrabnya menegasman, Komisi II DPRD Inhil akan membawa aspirasi ini ke pembahasan rapat lintas komisi dan dengan dinas terkait.


“Kami akan sampaikan masalah ini secara formal dalam rapat kerja DPRD. Kalau memungkinkan akan di dorong segera masuk dalam perencanaan program prioritas,” tegas Siska.


Bahkan bila perlu, menuritnya Komisi II juga akan mengusulkan pembentukan tim terpadu lintas dinas untuk penanganan cepat.


“Kami juga membuka ruang aspirasi bagi masyarakat desa lain yang mengalami permasalahan serupa. Kami dari Fraksi Demokrat akan selalu bersama masyarakat,” pungkasnya. 


Sementara itu pihak perusahaan diatas belum memberikan jawaban terkait persoalan pendangkalan sungai ini saat coba dikonfirmasi Tribun Pekanbaru. (Tribunpekanbaru.com/T. Muhammad Fadhli).

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved