Mahasiswi UNS Loncat ke Sungai
Siapa Dr Sumardiyono? Namanya Tertulis dalam Surat Wasiat Mahasiswi UNS Devita Sari Anugraheni
Ada nama Dr Sumardiyono tertera di dalam surat wasiat mahasiswi UNS Devita Sari Anugraheni, siapa sosok tersebut?
TRIBUNPEKANBARU.COM - Ada nama Dr Sumardiyono tertera di dalam surat wasiat Devita Sari Anugraheni, siapa sosok tersebut?
Tertulis di surta, Devita Sari Anugraheni menyampaikan permintaan maaf kepada Dr Sumardiyono.
Diketahui Devita Sari Anugraheni merupakan mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) yang diduga bunuh diri dengan cara loncat dari jembatan Jurug, Selasa (1/7/2025) siang.
Perempuan berkerudung yang terjun ke Sungai Bengawan Solo dari Jembatan Jurug Kota Surakarta itu meninggalkan sebuah catatan kecil di buku dalam tasnya.
Tas tersebut ditemukan petugas yang tergeletak di sepeda motor Honda Beat warna merah-putih bernopil AA 3757 CY.
Dalam surat tersebut, tertulis nama Dr. Sumardiyono, S.KM., M.Kes.
Lantas siapa Dr Sumardiyono dan apa hubungannya dengan Devita Sari Anugraheni.
Juru Bicara UNS, Prof. Dr. Agus Riwanto dalam keterangannya pada Selasa (1/7/2025), mengklarifikasi adanya nama Dr. Sumardiyono, S.KM., M.Kes dalam surat yang diduga ditulis oleh DA sebelum terjun ke sungai.
Agus Riwanto menyatakan, Dr. Sumardiyono, S.KM., M.Kes adalah dosen pembimbing akademik, dosen pembimbing pertama skripsi dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Sekolah Vokasi UNS.
Menurutnya, Sumardiyono dan Kepala Program Studi D4 K3 mengetahui kondisi kejiwaan mahasiswi tersebut.
Serta telah memberikan rekomendasi kemudahan dalam proses penyusunan skripsi.
"Bahkan pernah menyampaikan surat resmi kepada pihak keluarga supaya mahasiswi tersebut istirahat selama 3 bulan, namun mahasiswi tersebut memberikan respon penolakan dengan alasan tidak ingin dikasihani," ungkapnya.
Prof Agus Riwanto juga mengatakan, Dr. Sumardiyono mengaku memberikan dukungan moral lantaran mahasiswi yang bersangkutan beberapa kali berniat melakukan percobaan bunuh diri.
Menurutnya pula, mahasiswi tersebut berjanji untuk melanjutkan hidup dan menghindari keinginan bunuh diri.
Dalam surat yang diduga ditinggalkan mahasiswi tersebut, tertulis juga alasan DA melompat ke Sungai Bengawan Solo.
Dugaannya, DA sudah tidak kuat dengan kondisi mentalnya saat ini mengalami bipolar.
Tulisnya, ia lantas meminta maaf kepada sosok Dr. Sumardiyono karena telah mengingkari janji untuk bertahan.
Selain itu, permintaan maaf juga disampaikan kepada ibunya.
Sosok Devita Sari Anugraheni
Devita Sari Anugraheni merupakan mahasiswi semester 8 Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja UNS angkatan 2021.
Wanita yang berusia 22 tahun tersebut diketahui berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
Mahasiswi UNS Solo tersebut dikenal pendiam.
Dia jarang bersosialisasi dengan teman.
Momen terakhir yang diungkap teman korban, X disebut sempat konsultasi ke dosennya.
“Dengar-dengar konsultasi terakhir sama dosennya,” ungkap teman X.
Korban juga sempat mengunggah story instagram mengenai layanan konsultasi ke psikologi.
“Terakhir kali dia buat story Instagram itu tentang konsultasi ke psikolog,” tuturnya.
Ia pun tak tahu-menahu masalah apa yang sedang dialami korban sehingga melakukan tindakan tersebut.
Menurutnya, korban cukup tertutup dan pendiam.
“Orangnya cenderung menutup diri terus juga mungkin jarang bersosialisasi sama teman-teman. Jadinya mungkin dari saya dan teman-teman kurang mengerti pribadinya itu seperti apa gitu karena tertutup. Memang dia orangnya juga pendiam,” terangnya.
Pihak UNS mengumumkan peristiwa dugaan percobaan bunuh diri mahasiswi UNS ini tidak terkait dengan proses belajar mengajar di Program Studi D4 K3 Sekolah Vokasi UNS melainkan terkait dengan kondisi gangguan kejiwaan yang dialami mahasiswi yang bersangkutan.
Pakar Psikologi UNS, Dr. Farida Hidayati menyoroti banyaknya stigma negatif yang harus dihadapi menjadi halangan gangguan jiwa tidak teratasi sehingga berakhir melakukan bunuh diri.
“Ada beberapa hal penyebab satu mereka memang tidak ingin cerita. Mereka tidak ingin meminta bantuan. Karena apa? Takut dianggap sebagai orang yang lemah, tidak memiliki kekuatan kurang bersyukur, tidak religius, misalnya gitu. Stigma-stigma itu membuat mereka terhalang untuk melakukan konsultasi dengan profesional,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengakui tidak sedikit biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi gangguan jiwa.
Ketersediaan fasilitas kesehatan mental juga dinilai masih sangat minim.
“Yang kedua karena biaya yang mahal. Biaya yang mahal mereka harus mengeluarkan pembiayaan ya mungkin mereka mereka tidak siap. Ketersediaan psikolog itu kan juga terbatas ya. Artinya tidak seperti dokter atau seperti penyakit fisik itu lebih mudah dijangkau, misalnya ke puskesmas,” terangnya.
Menurutnya, timbulnya pikiran untuk mengakhiri hidup karena ketidakmampuan meregulasi emosi.
Ia tak mampu menjalani proses panjang dalam menyelesaikan permasalahan hidup.
“Memang salah satu penyebab adalah ketidakmampuan melakukan regulasi emosi. Sebenarnya banyak peran dari lingkungan. Mahasiswa ini kan cenderung sesuatu yang menginginkan segala ini cepat selesai, mereka tidak memiliki proses. Ini adalah budaya instan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya,” terangnya.
Keterangan Saksi Mata
Seorang saksi mata, Haryadi yang juga seorang driver ojek online mengutarakan sempat melihat seorang perempuan tersebut sebelum loncat dari Jembatan Jurug.
"Saya pas bawa customer dari Palur. Saya kan driver gojek, di tengah Jembatan 5 meter di depan saya."
"Saya tau perempuan sudah berdiri di tuas jembatan itu mau ancang-ancang lompat," ungkap Haryadi.
Haryadi mengaku sempat meneriaki perempuan tersebut sebelum loncat dari atas jembatan.
Namun tidak kesampaian, perempuan tersebut sudah terjun.
"Saya teriakin "Mbak" sudah ga nuntut. Jadi intinya saya sudah ga nuntut, dia sudah terjun," sambung Haryadi.
Setelah memarkirkan motor bersama dengan penumpangnya, Haryadi sempat menengok ke bawah Sungai Bengawan Solo. Namun korban sudah tidak terlihat.
"Setelah saya nyetandarkan motor saya dan customer saya turun. Customer saya ibu-ibukan ga cepet turunya pelan-pelan saya tengok sudah ga kelihatan," terangnya.
Haryadi menjelaskan, saat kejadian dirinya hanya melihat motor Beat putih yang sudah distandartkan terparkir di pinggir jembatan dan perempuan tersebut sudah berdiri sendirian.
"Motor (beat) sudah distandartin, mbak e sudah berdiri sendiri pakai baju pink. Pakai kerudung masih muda, kayaknya kuliah. Langsung nyebur," ucapnya.
Kejadian ini membuat heboh sehingga terjadi kemacetan di Jembatan Jurug.
Banyak para pengguna jalan yang melintas ingin mengetahui kejadian tersebut.
Catatan Redaksi:
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri, satu di antaranya adalah Hotline Psychology Mobile RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta 08122551001.
( Tribunpekanbaru.com / Tribunjateng )
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.