Kapolri Terima Anugerah Adat
Dapat Anugerah Adat ‘Ingatan Budi’ dari LAM Riau, Kapolri Dipasangi Tanjak-Selempang dan Keris
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menerima anugerah adat ‘Ingatan Budi’ dari LAM Riau.
Penulis: Rizky Armanda | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menerima anugerah adat ‘Ingatan Budi’ dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Sabtu (12/7/2025).
Anugerah adat ini diterima Kapolri dalam satu kegiatan prosesi bertempat di Gedung Balai LAM Riau di Jalan Diponegoro, Kota Pekanbaru.
Kapolri bersama istrinya tiba di gedung LAM Riau pada pukul 10.32 WIB, disambut hangat dengan iringan musik kompang dan musik telempong, alat musik tradisional Melayu Riau. Kapolri juga disambut dengan aksi silat.
Jenderal Listyo Sigit Prabowo tampak gagah mengenakan baju adat Melayu Riau kombinasi warna hitam dan kuning emas.
Baca juga: Breaking News: Kapolri Tiba di Gedung LAM Riau, Prosesi Pemberian Anugerah Adat Ingatan Budi Digelar
Baca juga: Dapat Anugerah Adat ‘Ingatan Budi’ dari LAM Riau, Kapolri Sampaikan Komitmen Ini
Hal ini serasi dengan istrinya yang juga berbusana adat Melayu Riau, dengan kombinasi warna yang sama.
Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan, juga ikut mendampingi Kapolri selama prosesi penganugerahan adat.
Dalam kegiatan ini, tampak Jenderal Listyo dipasangi tanjak di kepala, selempang dan juga keris di badannya.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian LAM Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, menegaskan bahwa penganugerahan ini lebih dari sekadar seremoni.
"Ini bukan sekadar seremoni. Tapi bentuk penghormatan yang dalam kepada nilai budi dalam adat dan budaya Melayu," sebutnya.
Datuk Taufik menjelaskan makna istimewa dan mendalam dari konsep Ingatan Budi dalam budaya Melayu.
Ia bukanlah sekadar memori, melainkan kesadaran kognitif yang melahirkan penghargaan, empati, serta perilaku halus dan terpuji.
Dalam masyarakat Melayu, budi menempati tempat yang tinggi sebagai dasar peradaban, diwariskan turun-temurun sebagai bagian dari identitas.
Filosofi di balik penghargaan ini tercermin dalam peribahasa Melayu yang terkenal: "hutang emas dapat dibayar, hutang budi dibawa mati."
Ritual adat yang menyertai upacara ini secara simbolik mempraktikkan penghormatan terhadap budi, tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Penganugerahan ini juga menjadi cerminan keberlanjutan tradisi membalas budi yang telah mengakar kuat dalam sejarah Melayu, dari kisah Hang Tuah di Melaka hingga penghormatan kepada tokoh-tokoh berjasa bagi negeri, bahkan lintas agama dan bangsa, seperti pemakaman Jenderal Portugis Verdicho Marloce di kompleks makam Sultan Indragiri.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.