Pacu Jalur Kuansing 2025
Konsep Dasar Tradisional Pacu Jalur Kuansing Tetap Dipertahankan di Tengah Perkembangan Budaya
Persiapan Pacu Jalur Kuansing ini terasa spesial karena event ini semakin dikenal di dunia.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Theo Rizky
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Sorakan gemuruh menggema dari ribuan masyarakat dari berbagai pelosok Desa di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau yang hadir di Tapian Narosa, Sungai Batang Kuantan Kota Teluk Kuantan, tempat dimana puncak perhelatan pacu jalur digelar.
Mereka datang dengan ciri khas daerah masing-masing dengan warna seragam yang berbeda-beda sebagai peserta pacu jalur yang ikut ambil bagian dalam lomba pacu jalur itu.
Ada yang duduk di bawah tenda yang sudah disiapkan, berdiri di pinggir tebing, dan duduk di tribun berbayar yang disiapkan panitia, namun ada juga yang sengaja menceburkan diri basah ke dalam sungai, sambil bersorak memberi dukungan pada timnya saat berlaga.
Tradisi ini cukup kental dan penuh makna bagi masyarakat Kuansing, karena ini soal harga diri kampung mereka yang bertarung di sana.
Apalagi pertandingannya dengan sistem gugur, ketika kalah sekali, maka pupus lah sudah harapan untuk ikut laga berikutnya, sehingga begitu berharga bagi mereka setiap perhelatan itu.
Nah, perhelatan pacu jalur tahun ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, setelah viral dengan aura Farming lewat tarian Dika si bocah dengan tariannya di pacu jalur itu.
Baca juga: Pengamen dan Pengemis Cemari Citra Festival Pacu Jalur, Wisatawan Keluhkan Ketidaknyamanan
Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Kuantan Singingi, Masnur Judin, memastikan persiapan Pacu Jalur tahun ini di Kuantan Singingi sudah dilakukan jauh hari.
Berbagai aspek diperhatikan apalagi ajang budaya tersebut dihadiri tamu penting, mulai dari Wakil Presiden, Menteri Pariwisata, Menteri Kebudayaan, Menteri Pemuda dan Olahraga, hingga 14 perwakilan negara sahabat.
Menurutnya, persiapan telah dimulai sejak beberapa bulan lalu sebelum puncak pacu jalur digelar agar pelaksanaan berjalan lancar.
"Lumayan kamu persiapkan segala sesuatunya. Pak Bupati juga selalu mengimbau masyarakat Kuansing bagaimana agar bersikap sebagai tuan rumah dalam menyambut tamu," ujarnya yang juga sebagai panitia di bidang pawai.
Baca juga: Pacu Jalur dan Mitos Ajang Pencarian Jodoh, Gadis Bersolek Berdandan Hiasi Arena Pacu Jalur Kuansing
Salah satu keunikan yang ditampilkan adalah perahu tradisional gulang-gulang dan begandung yang digunakan untuk membawa tamu kehormatan. Tradisi ini sudah lama dilakukan di Kuansing, bahkan sejak awal sejarah Pacu Jalur.
"Dulu, tamu dijemput dengan perahu gulang-gulang dan begandung. Itu bagian dari ciri khas budaya kita," jelas Masnur.
Masnur Judin pun bercerita sedikit sejarah Pacu Jalur yang sudah menjadi perhatian dunia saat ini, kata dia, bermula dari tradisi masyarakat Kuansing dalam merayakan hari-hari besar, termasuk perayaan hari besar islam.
Pada masa kolonial, pacu jalur pernah dilaksanakan untuk memperingati hari lahir Ratu Belanda Wilhelmina. Saat itu jumlah jalur yang ikut masih sedikit, dengan bentuk perahu yang berbeda dibanding sekarang.
Baca juga: Saksikan dan Tampil di Pacu Jalur Kuansing, di Sini Rapper AS Melly Mike Menginap
Kini, jumlah peserta telah berkembang pesat hingga mencapai lebih dari 200 jalur. Meski demikian, esensi perlombaan tetap sama, yakni menggabungkan nilai budaya dan semangat perlombaan.
"Selain sebagai budaya, dulu juga untuk mencari kecepatan. Bedanya hanya pada jumlah peserta dan kemeriahan yang makin besar," ujarnya.
Dalam sistem pacu, terdapat peran penting para pendayung dan pengarah jalur. Selain pendayung yang mencapai 50 orang ditambah pemain cadangan 30 orang lagi, anak di bagian depan jalur disebut Togak Luan yang berfungsi sebagai tanda dan pemberi kode.
Di tengah ada Tomboruang sebagai komando, sedangkan di belakang ada tukang onjak. Irama antara dayung dan onjai harus seirama agar jalur bisa melaju kencang.
"Kalau tidak seirama, tentu akan memengaruhi jalurnya. Kalau jalurnya memimpin, Togak Luan akan berdiri sebagai tanda," terang Masnur.
Ia mengakui, semangat masyarakat semakin meningkat dengan viralnya Pacu Jalur di berbagai media.
"Kehadiran Wapres serta para menteri juga menjadi faktor tambahan yang memotivasi warga Kuansing untuk memeriahkan tradisi ini. "Kalau masyarakat persiapan biasa saja, tapi sekarang makin semangat," jelasnya.
Pacu Jalur tahun 2025 ini berlangsung selama lima hari penuh, dimulai dari pawai jalur hingga perlombaan di Sungai Kuantan. Masnur menegaskan, meski tradisi ini berkembang, konsep dasarnya tetap dipertahankan sebagai warisan budaya Kuansing.
Namun, sentuhan modern dan tambahan pernak-pernik tidak bisa dihindari seiring perkembangan zaman.
"Pacu jalur ini tidak ada duanya, hanya satu-satunya di dunia. Harapan kami ke depan tentu ada penyempurnaan lokasi. Kalau pemerintah pusat bisa membantu, kami ingin Water Front City dibenahi sehingga infrastruktur lebih bagus,” ujarnya.
Tahun ini juga, untuk pertama kalinya, pembukaan Pacu Jalur digelar di kawasan baru, bukan lagi di lapangan bola Limuno seperti biasanya.
Masnur berharap dukungan dana pusat terus mengalir agar panitia tidak kewalahan. “Kalau ada bantuan pusat, maka semakin bedelau lah Pacu Jalur ini,"tegasnya.
(Tribunpekanbaru.com / Nasuha Nasution)
Pengamen dan Pengemis Cemari Citra Festival Pacu Jalur, Wisatawan Keluhkan Ketidaknyamanan |
![]() |
---|
Seratusan Wisman dari Berbagai Negara Hadiri Festival Pacu Jalur Kuansing 2025 |
![]() |
---|
Saksikan dan Tampil di Pacu Jalur Kuansing, di Sini Rapper AS Melly Mike Menginap |
![]() |
---|
Pengunjung Keluhkan Mahalnya Tarif Parkir di Festival Pacu Jalur Kuansing |
![]() |
---|
Pacu Jalur dan Mitos Ajang Pencarian Jodoh, Gadis Bersolek Berdandan Hiasi Arena Pacu Jalur Kuansing |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.