Viral Medsos

Kisah Reni Romaulina Lulus ITB, Hidupi dan Sekolahkan 3 Adiknya, 2 SMA dan 1 Kuliah di Unpad

Editor: Muhammad Ridho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah Putri Batak Sukses Lulus ITB, Reni Romaulina Silaban Yatim Piatu, Ibu Meninggal Kena Kanker

"Inilah Kisah Reni Romaulina Silaban. Ia adalah anak yatim piatu. Kedua orangtuanya telah tiada.  Ayahnya bernama Anggiat Silaban telah meninggal dan begitu juga dengan ibunya bernama Basaria Nainggolan."  

TRIBUNPEKANBARU.COM - Setiap orang kerap kali dihadapkan dengan permasalahan yang tidak diinginkan.

Terdapat halangan dan rintangan yang mesti dilewati seseorang, namun hal itu tentu saja bukan merupakan penghambat untuk meraih kesuksesan.

Hal itu bisa menjadi proses untuk menjadi lebih kuat, terus maju, dan berkarya.

Seperti halnya yang telah dilalui Reni Romaulina Silaban (23), wisudawati jurusan teknik lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.

Perjuangannya patut diapresiasi dan inspiratif, pasalnya, di tengah perjuangannya meraih cita-cita, dia harus dihadapkan pada persoalan berat, yaitu menjadi tumpuan keluarga lantaran kedua orangtuanya telah tiada.

Ayahnya bernama Anggiat Silaban (alm) dan ibunya bernama Basaria Nainggolan (almh).

Saat baru lulus dari sekolah tingkat menengah atas, gadis kelahiran Bandung, 20 Oktober 1995 ini sempat mendapatkan kepercayaan dari ibunya untuk berkuliah meskipun di tengah kondisi ekonomi yang serba berkecukupan.

Saat itu, karena ayahnya telah tiada, ibunya lah yang harus bekerja menghidupi dirinya dan ketiga orang adiknya.

Reni merupakan anak pertama dari empat bersaudara, adiknya yang pertama Rikardo Silaban sudah lulus SMA dan tengah mencari pekerjaan, adik kedua Nia Silaban merupakan mahasiswi Unpad jurusan hubungan internasional juga mahasiswa Bidikmisi, dan adik keempat Rosdiana Angelina Silaban sekarang masih bersekolah di kelas 1 SMAN 1 Purwakarta.

Bersyukurlah Reni, berkat tekadnya dan kepercayaan ibunya itu, dia berkesempatan memperoleh beasiswa bidikmisi selama kuliah di ITB.

Namun, tak berselang lama Reni berkuliah, ketika di akhir semester kedua, Reni harus menerima pahitnya kenyataan dan kesedihan yang mendalam.

Ibunya divonis oleh dokter mengidap kanker otak stadium empat.

Hal itu menyisakan tanya dan realitas yang sangat berat baginya, mengingat dokter telah memprediksi bahwa umur ibunya tidak lama lagi.

"Kami enggak tahu sebenarnya kapan itu terjadi, awalnya kami pikir itu gejala stroke, tapi mamah selalu berusaha kuat, menutup-nutupi kesakitannya," ujar Reni kepada Tribun Jabar saat ditemui di Jalan Ganeca 7 Lb Siliwangi, Coblong, Kota Bandung, Kamis (25/10/2018).

Halaman
1234

Berita Terkini