Maksudnya, tiang mocu adalah cerminan dari Datuak Tongah yang merupakan orang besar di dalam adat atau tempat bertanya Pangulu Nen Barompek tentang adat istiadat yang istilah adatnya adalah “talago adat”.
Kemudian, tiang mocu dipagari oleh empat tiang yang ukurannya masing-masing sama, tetapi lebih kecil dari tiang mocu, merupakan cerminan adat-istiadat yang ada di Kenegerian Pangean.
Empat tiang di sekelilingnya yang sama besar, tetapi ukurannya lebih kecil dari tiang Mocu, maknanya adalah cerminan Pangulu Nen Barompek yang ada di Nagori Pangean yang terdiri dari empat Pangulu.
Masing-masing, Pangulu yang bergelar Datuak Pakomo dari Suku Camin, Datuak Topo dari Suku Melayu, Datuak Gindo Parkaso dari Suku Paliang dan Datuak Maruangso dari Suku Mandahiliang.
Empat tiang mengililingi tiang Mocu ini disanggah dengan kayu sebanyak 16 penyanggah yang satu sama lain saling menguatkan.
16 penyanggah antara tiang yang satu dangan tiang yang lainnya inilah merupakan cerminan orang adat sebagai tempat berunding panghulu di masing-masing suku, yang apabila dijumlahkan, itu jumlahnya ada 16 orang sebagai pemangku adat.
Nilai sejarah yang tinggi, kayu penopang masjid ini ternyata mulai mireng.
Penyebabnya diperkirakan pergeseran tanah.
"Taing kayu penyangganya miring. Makanya dipaksa buat pondasi beton biar jangan roboh. Sayang juga kan masjid bersejarah ini," Subur Rasidin.
Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius. (Tribunpekanbaru.com/Palti Siahaan)