TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU -- Alfredo Hidayat dan Alya Fiona duduk termangu di depan rumahnya, yang berlokasi Perumahan Permata Bening tahap III F/08 RT 002 RW 020 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, Selasa (14/7/2020).
Saat ditemui Tribun, kakak beradik yatim ini tampak murung dan tidak bersemangat. Pasalnya mereka sama-sama tidak bisa melanjutkan pendidikan, dan tidak lulus di sekolah tempat mereka mendaftar.
Alfredo Hidayat lulus dari SMP Negeri 8 Pekanbaru, namun ia tidak diterima di sekolah tempatnya mendaftar, yakni di SMK Negeri 4 Pekanbaru.
Nasib yang sama juga dialami adiknya Alya Fiona lulus dari SDN 112, juga tidak diterima di sekolah tempatnya mendaftar di SMP 21 Pekanbaru.
• Keras dan Tegas, Plt Kadisdik Pekanbaru Copot Kepala Sekolah yang Tetap Terapkan Belajar di Kelas
• Tahun Ajaran Baru Dimulai Besok, Kadisdik Riau Tegaskan Sekolah di Zona Kuning Belajar Jarak Jauh
Bagi keduanya, seakan telah pupus harapan mereka, karena hingga hari pertama dimulainya ajaran baru ini, belum juga dapat kejelasan soal kelanjutan pendidikannya tersebut.
"Sangat ingin sekali kami bisa melanjutkan sekolah seperti kawan-kawan lain. Tapi kami tidak bisa berharap banyak. Ibu kami tidak memiliki pekerjaan tetap, Ayah kami sudah meninggal dunia 5 tahun yang lalu," kata Alfredo menuturkan kisahnya.
Dijelaskan Alfredo, sebenarnya ia sudah mendaftar di SMK 4 Sidomulyo Pekanbaru, melalui jalur afirmasi atau siswa miskin, dengan melampirkan surat keterangan tidak mampu dari RT/RW dan dari Kelurahan Sidomulyo Barat saat PPDB lalu.
"Saya masuk melalui jalur siswa miskin, dan sudah ada dilampirkan suratnya keterangan tidak mampu juga dari RT/RW. Namun nama saya hilang, dan saat ini kami tidak sekolah," ujarnya sedih.
• Modus Pungut Uang Sekolah di PPDB Sudah Buat Ombudsman Hafal, Hati-hati Pak dan Bu Kepsek!
• Hari Pertama Masuk Sekolah di Inhu Riau, Tidak Semua Siswa Hadir Belajar Tatap Muka
Sementara itu, Rifna, Ibu dari kedua siswa yang kurang beruntung ini hanya bisa sedih dan pasrah dengan nasib yang dialami kedua buah hatinya. Ingin sekali ia bisa menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan selanjutnya misalnya swasta, namun keterbatasan biaya membuat ia tidak berdaya.
"Kalau sekolah swasta saya tak sanggup membiayainya. Saat ini saya juga tidak memiliki pekerjaan. Saya hanya meminta keringanan hati dari pihak Dinas Pendidikan dan pemimpin di Riau ini terhadap nasib anak yatim dan miskin seperti kami. Sangat sedih sekali melihat mereka murung terus dalam beberapa hari ini," tuturnya sembari menyeka air matanya.
Adakah donatur atau dermawan, bahkan Pemerintah Kota Pekanbaru bersedia membantu keinginan mereka untuk sekolah? Alamat mereka berdua bisa dihubungi di bagian atas berita ini. (Tribunpekanbaru.com/Alexander)