TRIBUNPEKANBARU.COM, KEPULAUAN MERANTI - Selain pandemi Covid-19, Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dihadapkan oleh masalah lain.
Yakni dengue hemorraghic fever (DHF) atau wabah demam berdarah dengue (DBD).
Sejak awal tahun lalu, hingga Oktober 2020 kemarin, jumlah kasus DBD Meranti telah mencapai ratusan. Beberapa kasus diantaranya bahkan memakan korban jiwa.
Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti, dr Misri Hasanto, Jumat (6/11/2020) .
Baca juga: Penangkapan Dihadang Warga, 3 Pengedar di Jalan Pangeran Hidayat Pekanbaru Ditetapkan Jadi Tersangka
Baca juga: Datangi Percetakan di Nganjuk Jawa Timur,Bawaslu Bengkalis Awasi Pencetakan Surat Suara Pilkada 2020
Baca juga: UMK Inhil Tahun 2021 Sudah Ditetapkan Dewan Pengupahan, Segini Besarnya
Dari data yang ia lansir jumlah kasus, hingga Oktober 2020 yang terdata 169 kasus DBD yang tersebar di beberapa kecamatan di Kepulauan Meranti.
Tiga orang diantaranya meningal dunia. Dibeberkannya dari seluruh kasus rata rata penderita adalah anak-anak.
Walaupun sedikit meningkat, kasus DBD di sana belum masuk kejadian luar biasa (KLB).
Karena menurutnya, setiap penderita tidak terdapat di suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di beberapa kelurahan."Menyebar, tidak di satu titik," ujarnya.
Walaupun demikian, trend peningkatan kembali terjadi pada tahun ini.
Menyikapi hal tersebut, pihaknya telah melakukan kordinasi mulai dari tingkat kecamatan, lurah, kepala desa, tingkat hingga RT dan RW yang tersebar di Kepulauan Meranti.
"Bentuknya merapatkan kegiatan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Semua lini kita libatkan. hingga saat ini masih bergerak," ungkapnya.
Menurutnya PSN adalah sebuah gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan gotong royong.
Membersihkan lingkungan, menguras dan menutup tempat penampungan air dan fogging.
"Jadi pada intinya tim pengawasan DBD terus berjalan hingga saat ini. Begitu juga dengan tim pengawasan dan penanggulangan Virus Corona, berjalan dengan baik," ungkapnya.
Langkah itu menurut Misri, sebagai upaya antisipasi dalam menekan jumlah penderita DBD seperti 2019 silam yang meningkat berlipat ganda dari tahun-tahun sebelumnya.