D menambahkan jika dokter Aulia sering mengeluhkan tentang sakit syaraf kecepit dan beratnya menjadi mahasiswi PPDS.
"Ada kaitannya dengan konsultasi yang kerap dilakukan dengan pendidikan yang ia jalani, artinya konsultasi SpKJ dengan pendidikan sekarang, apakah menurut beliau berat? Sehingga ia merasa butuh berkonsultasi secara kejiwaan?" tanya host kembali,
"Ya mungkin bisa saja, kalau untuk apa yang dihadapi sampai ke SPKJ itu yang tahu dokter kejiwaannya. Yang sering dikeluhkan sakit almarhumah dan beratnya dia menjalani PPDS itu," ungkap D.
D adalah orang pertama yang menemukan Risma meninggal di kamar kos di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang.
D mencari Risma setelah almarhum tidak datang ke Residensi.
D lalu menuju ke kos Risma dan mendapati Risma sudah meninggal dunia.
Polisi Bungkam
Kasatreskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengaku belum dapat menyimpulkan rekaman yang beredar merupakan suara dokter Aulia.
Menurutnya, proses penyelidikan masih berjalan dan akan diungkap secepatnya.
"Nanti tunggu (keterangan) Kapolrestabes Semarang (Kombes Irwan Anwar) satu pintu semua ini," ucapnya, Rabu (28/8/2024), dikutip dari TribunJateng.com.
Sementara itu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, buka suara terkait praktik perundungan atau bullying yang kerap terjadi dalam PPDS.
Dugaan perundungan dialami dokter Aulia Risma Lestari yang ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024) lalu.
Selang 16 hari kemudian, ayah dokter Aulia, Mohamad Fakhruri (65) meninggal karena kesehatannya menurun.
“Kasus ini jadi momentum untuk menghapus praktik-praktik bullying yang tidak manusiawi di pendidikan dokter spesialis,” ujarnya, Rabu (28/8/2024).
Ia menegaskan mimpinya adalah menghilangkan budaya perundungan yang sudah mengakar di dunia kedokteran.