"Kami tolak karena ibu korban masih diperiksa oleh Polda Jateng, biar tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, selain diminta setor uang ke senior sebesar Rp40 juta setiap bulan, dr Aulia diduga disuruh pesan 80 nasi kotak setiap hari.
Ia juga harus angkat-angkat galon padahal diketahui memiliki masalah kesehatan saraf terjepit.
"Itu dilakuan setiap hari," kata pengacara keluarga dr Aulia, Misyal Achmad dikutip Tribun-medan.com dari Kompas.com, Jumat (6/9/2024).
Selain itu, dokter ARL juga diminta menyetorkan dan mengumpulkan uang untuk membayar orang yang mengerjakan jurnal milik atasan.
"Sampai seperti itu. Jadi miris kita melihatnya," ungkap dia.
Misyal mengatakan, korban juga dipaksa bekerja mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 01.30 WIB saat praktik di RSUP Kariadi.
"Itu setiap hari hingga drop," ungkapnya.
Orangtua dari dokter Aulia Risma, korban perundungan hingga meninggal dunia, melaporkan senior anaknya ke Polda Jateng.
Polda Jateng telah menemukan adanya indikasi pidana dalam kematian dokter Aulia Risma.
Polisi mengungkapkan bahwa Aulia Risma tewas bunuh diri gegara mendapatkan perundungan dari para seniornya.
Dia disuruh melayani para seniornya selama 24 jam dan memberikan uang Rp 40 juta per bulan untuk memenuhi biaya di luar kuliah.
Ia mendapatkan perundungan saat menjalani program praktik di RSUP Kariadi Semarang.
Aulia merupakan mahasiswa S2 dari Universitas Diponegoro (Undip).
Ibunda dari Dokter Aulia belakangan buka suara terkait keluhan yang pernah ia sampaikan beberapa waktu lalu.
Hal itu sebelum sang anak dinyatakan meninggal dunia.
Kini keluarga resmi melaporkan terduga pembully yang disebut-sebut senior tempat Dokter Aulia bekerja.
(TRIBUNPEKANBARU.COM)