Kasus DBD di Riau

Cegah DBD Mulai dari Rumah, Jaga Kebersihan, Buang Barang Bekas

Penulis: Alex
Editor: M Iqbal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEGAH DBD - Wakil Ketua IDI Pekanbaru, dr Ade Fajri Kurnia, MH CMC, Kamis (8/5/2025) mengatakan untuk mencegah lonjakan kasus DBD, diperlukan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dimulai dari diri sendiri. Masyarakat diimbau untuk rutin melakukan 3M Plus: menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya nyamuk.

Wakil Ketua IDI Pekanbaru, dr Ade Fajri Kurnia, MH CMC 

TRIBUNPRKANBARU.COM, PEKANBARU - DBD meningkat karena perubahan iklim. Cuaca panas yang kemudian tiba-tiba berubah menjadi hujan lebat menjadi salah satu pemicu meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) di berbagai wilayah. Pola cuaca ekstrem ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, untuk berkembang biak.


Perubahan suhu dan kelembapan yang drastis menyebabkan banyak genangan air muncul pasca hujan. Genangan-genangan ini, meskipun tampak sepele, seperti air di kaleng bekas, pot bunga, hingga parit yang tersumbat, menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak dengan cepat.


Di tengah kondisi sanitasi lingkungan yang masih menjadi tantangan, genangan air dari berbagai wadah bekas dan tempat terbuka lainnya menjadi ancaman nyata. Ketika lingkungan tidak bersih dan banyak barang bekas dibiarkan menumpuk, potensi munculnya sarang nyamuk semakin besar.


Kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga memperburuk situasi. Banyak orang yang belum menyadari bahwa barang-barang tak terpakai di halaman rumah atau pekarangan bisa menjadi tempat penampungan air hujan yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti.


Selain itu, perilaku membuang sampah sembarangan yang masih terjadi di berbagai permukiman memperparah sistem drainase dan membuat air mudah menggenang. Parit yang seharusnya mengalirkan air malah berubah menjadi kolam air kotor yang mendukung perkembangbiakan nyamuk.


Untuk mencegah lonjakan kasus DBD, diperlukan kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dimulai dari diri sendiri. Masyarakat diimbau untuk rutin melakukan 3M Plus: menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya nyamuk.


Kebersihan lingkungan tempat tinggal menjadi faktor krusial. Setiap rumah tangga perlu aktif memeriksa dan membersihkan area sekitar rumah secara rutin, terutama setelah hujan deras. Langkah ini penting untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.


Sanitasi lingkungan seperti parit dan selokan juga perlu menjadi perhatian bersama. Parit yang bersih dari sampah tidak hanya mencegah banjir, tetapi juga mengurangi potensi munculnya genangan air yang menjadi sarang nyamuk.


Sirkulasi udara yang baik dalam rumah juga turut mendukung pencegahan penyebaran DBD. Rumah yang terang dan memiliki ventilasi cukup akan mengurangi kelembapan dan menciptakan suasana yang tidak disukai oleh nyamuk.


Masyarakat juga perlu waspada terhadap area rumah yang gelap dan tidak terurus. Area seperti gudang, kamar kosong, atau sudut rumah yang jarang dibersihkan bisa menjadi tempat persembunyian nyamuk. Membersihkan area ini dan memberikan pencahayaan yang cukup merupakan langkah pencegahan tambahan yang efektif.


Dalam kondisi cuaca yang tidak menentu seperti sekarang, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap demam yang berpotensi DBD. Gejala awal seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, hingga ruam kulit harus segera direspons dengan pemeriksaan medis.


Dengan kewaspadaan dini dan upaya pencegahan yang konsisten, risiko fatalitas akibat DBD dapat ditekan. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman penyakit ini. (Tribunpekanbaru.com/Alexander)

Berita Terkini