"Secara visual aja ada beberapa dokumen yang katanya mereka sita, itu kan ada yang sejumlah kertas yang warnanya sudah buram kekuningan, tapi ada sejumlah surat atau berkas yang benar-benar putih. Bagaimana itu? Kayak (dibikin) beberapa tahun ke belakang," imbuh Rismon.
"Secara visual komparasi saja saya bisa melihat itu. Makanya pada saat saya memegang skripsi Joko Widodo, ada perbedaan warna yang signifikan mulai dari prakata dan sebelumnya. Itu kan enggak diuji oleh Bareskrim, ini enggak ilmiah menurut saya. Dan tidak dijelaskan bagaimana mereka melakukan uji keidentikan, apa lewat mata, algoritmik atau secara digital, enggak ada penjelasan ilmiah apapun," sambungnya.
Lalu hal keempat yang kata Rismon menjadi blunder dari pemaparan ijazah Jokowi oleh Bareskrim adalah perihal lembar pengesahan.
Rismon menyoroti betul penjelasan polisi soal lembar pengesahan di skripsi Jokowi.
"Apa yang lucu adalah lembar pengesahan skripsi tersebut itu adalah produk dari handpress tanpa menjelaskan bagaimana rekonstruksi menggunakan handpress tahun 1985 menghasilkan sebuah lembar pengesahan yang sekarang saja sama dengan itu. Rapi kali. Jadi kalau tidak direkonstruksi oleh penyidik atau orang yang mengaku dari percetakan perdana?" imbuh Rismon.
Terkait dengan lembar pengesahan skripsi Jokowi, Rismon yakin tidak mungkin dibuat di tahun 1985.
"Itu kan ada 'dipertahankan di depan dewan penguji'. Coba perhatikan kerapatan dari titik-titik itu, itu produk dari handpress enggak? enggak logis. Kalau produk dari handpress dengan kerapatan semacam itu, itu menjadi garis. Itu enggak bisa dijelaskan ya karena memang tidak ada teknologi zaman itu secantik itu. Ketika kita rekonstruksi pakai microsoft word sekarang, sama loh dengan itu," ungkap Rismon.
( Tribunpekanbaru.com )