Diva ditemukan terkubur tanpa busana di lubang kebun sawit, Kamis (31/7/2025) sore.
Pemakaman Diva Diiringi Isak Tangis hingga 2 Kali Disholatkan
Langit Kecamatan Natal terasa lebih terik dari biasanya pada Sabtu (2/8/2025) siang itu.
Di sepanjang jalan lintas Desa Sikara-kara, ratusan pasang mata menatap lurus ke depan.
Berseragam Pramuka, mereka berdiri dalam barisan hening, membentuk pagar betis kehormatan di bawah matahari yang menyengat.
Mereka tidak sedang menyambut pejabat atau merayakan pawai. Mereka menanti kepulangan terakhir seorang kawan.
Keheningan itu pecah seketika saat iring-iringan mobil ambulans yang membawa jasad Diva Febriani (15) perlahan melintas.
Isak tangis yang tertahan akhirnya tumpah, memecah udara, menyatu dengan duka ribuan warga dari berbagai desa yang datang untuk melepas kepergian gadis yang mereka kenal periang itu.
Diva telah pulang. Namun bukan kepulangan yang diimpikan.
Ia kembali bukan dengan senyum kemenangan usai bertugas, melainkan dalam keranda, usai hidupnya direnggut secara sadis oleh Yunus Saputra (23), dan jasadnya ditemukan terkubur di sebuah kebun sawit.
Sebagai siswi kelas X SMA Negeri 1 Natal dan anggota Paskibraka, ia tengah giat berlatih untuk tugas sucinya mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada perayaan HUT RI ke-80.
Langkahnya yang tegap dan semangatnya yang menyala adalah cerminan dari mimpinya.
Namun, mimpi itu kini terkubur bersamanya.
Suasana menjadi semakin mengharukan saat keranda jenazah tiba di masjid.
Rekan-rekan Paskibraka Diva, para pemuda dan pemudi yang seharusnya menjadi kawan seperjuangannya di lapangan upacara, kini berdiri dengan tatapan kosong.
Mereka tidak hanya memberi hormat. Dengan bahu yang bergetar menahan tangis, mereka melakukan tugas terakhir untuk sahabat mereka.
Tangan-tangan yang biasa berlatih mengibarkan bendera itu kini dengan sigap mengusung keranda Diva, mengantarkannya dari masjid hingga ke liang lahad.
Langkah tegap mereka kini berganti menjadi langkah duka, sebuah iring-iringan paling pilu yang pernah mereka lakukan.
Kecintaan warga pada Diva begitu besar hingga salat jenazah untuknya digelar sebanyak dua kali.
Pertama di Desa Sikara-kara IV, tempat tinggal orang tuanya, lalu yang kedua di Desa Sikara-kara Kampung.
"Teman-teman Paskibranya juga ingin menyalatkan. Mereka sangat kehilangan," jelas Husni, seorang warga setempat.
Pemakaman pun terpaksa dilakukan di TPU Desa Sikara-kara Kampung, bukan di desa asal Diva.
Banjir yang merendam pemakaman di kampungnya seolah menjadi pertanda bahwa alam pun turut berduka.
Selain itu, selama masa latihan, Diva memang tinggal di rumah kakaknya di Sikara-kara Kampung, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kedua desa tersebut.
Sekitar pukul 14.00 WIB, diiringi doa dan air mata yang tak henti mengalir, jasad Diva akhirnya menyatu dengan bumi.
Diva Febriani ditemukan tewas pada Kamis (31/7/2025) dalam kondisi mengenaskan.
Siswi kelas X itu saat ditemukan dalam kondisi terkubur dan kepalanya ditutupi ember bekas di sebuah kebun sawit di Desa Taluk.
Sebelum ditemukan tewas, Diva sempat dinyatakan hilang pada 29 Juli 2025.
Belakangan diketahui Diva menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Yunus Saputra.
Yunus tega menghabisi korban diuga ingin menguasai sepeda motor korban dan juga hendak merudapaksa korban.
Kini pelaku sudah dibekuk oleh pihak kepolisian setelah sempat melarikan diri.
Artikel ini telah tayang di Tribunmedan .
( Tribunpekanbaru.com )