TRIBUNPEKANBARU.COM - Prada Lucky Namo (23), prajurit TNI dari Yonif TP 834/Wakanga Mere, NTT, mengembuskan napas terakhirnya setelah empat hari menjalani perawatan intensif.
Kematian tragis ini meninggalkan tanda tanya besar.
Sebelum meninggal, Prada Lucky Namo sempat membuat pengakuan kepada dokter yang merawatnya.
Pengakuan tersebut memperkuat dugaan bahwa ia menjadi korban penganiayaan oleh para seniornya.
Selain itu, pada tubuhnya juga ditemukan penuh luka sayatan dan lebam.
Ia menghembuskan napas terakhir di IGD RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 Wita, dalam kondisi tubuh penuh luka sayatan dan lebam.
Sebelumnya, Prada Lucky menjalani perawatan intensif selama empat hari di rumah sakit tersebut.
Kematian Prada Lucky menyita perhatian publik karena diduga kuat menjadi korban penganiayaan oleh seniornya di satuan tempatnya bertugas, Yonif TP 834/WM.
Prada Lucky Namo juga diketahui merupakan putra dari Sersan Mayor Christian Namo, seorang anggota TNI yang saat ini bertugas di Kodim 1627 Rote Ndao.
Kepergian Prada Lucky menjadi pukulan berat bagi keluarga, terutama sang ayah yang juga telah mengabdikan diri sebagai prajurit.
Baca juga: Babak Belur, Begini Tampang Pelaku Pembunuhan Alberto Tanos Cucu "9 Naga Sulut" Usai Ditangkap
Baca juga: Mahkota Sultan Siak Dibikin Pengrajin dari Jawa, Terbuat dari 2 Kg Emas, Bertabur Intan Berlian
Pengakuan Prada Lucky
Informasi yang diperoleh POS-KUPANG.COM menyebutkan bahwa Prada Lucky dirawat di RSUD Aeramo sejak Sabtu, 2 Agustus 2025, dalam kondisi masih sadar.
Dalam keadaan lemah, ia sempat menyampaikan kepada seorang dokter di ruang radiologi bahwa dirinya mengalami kekerasan dari sesama prajurit TNI.
Selain itu, menurut pengakuan seorang warga yang turut mengurus jenazahnya, tubuh Prada Lucky tampak mengalami sejumlah luka sayatan dan lebam di beberapa bagian.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa prajurit muda tersebut menjadi korban penganiayaan.