Tahun ini, bukan hanya suara pluit pacu yang ditunggu, tapi juga jawaban atas pertanyaan segelintir orang apakah tradisi mampu tetap menjadi penyambung hidup, bahkan ketika mesin-mesin pengeruk emas itu telah sunyi?
Waktu akan menjawabnya. Tapi untuk saat ini, Kuansing sedang bersolek.
Dan semua berharap, sorak di Tepian Narosa kembali menggelegar, menandai semangat yang belum pernah padam.
Seolah tahu, denyut ekonomi kecil juga menunggu panen rezeki dari festival akbar ini.
Baca juga: Persiapan Riau Jelang Pacu Jalur 2025 Bukan Cuma di Kuansing, Tapi Pekanbaru dan Kampar Juga
Namun di balik semangat itu, ada juga keraguan kecil. Seorang pedagang buah di pinggir mengaku gundah.
"Dua tahun lalu ramai, kemudian tahun lalu agak sepi, sekarang entahlah. Katanya uang susah beredar sejak PETI diberantas," ujar Endrian.
Ia tak sepenuhnya yakin, tapi merasakan sendiri dampaknya.
Dua tahun silam, dagangannya laris manis pada tiga atau dua hari jelang perhelatan.
"Semoga dengan viralnya Pacu Jalur, wisatawan dari luar daerah lebih banyak yang berkunjung," harap Endrian lirih.
Sementara itu, Bupati Kuansing, Suhardiman Amby meyakini Festival Pacu Jalur bakal mendongkrak perekonomian masyarakat lokal.
Ia memprediksi kunjungan wisatawan mencapai 200 ribu per hari.
"Dengan rata-rata setiap orang menghabiskan uang per hari. Perputaran uang selama Festifal Pacu Jalur yang berlangsung 5 hari dapat mencapai 100 miliar," ujarnya.
(Tribunpekanbaru.com/Guruh Budi Wibowo)