Berita Nasional
Termasuk Indonesia, Inilah 10 Negara di Dunia yang Paling Suka Buang Sampah Plastik ke Laut
Termasuk Indonesia, inilah 10 negara di Dunia yang paling doyan buang sampah plastik ke laut. Bikin pencemaran dan merusak lingkungan
TRIBUNPEKANBARU.COM - Termasuk Indonesia, inilah 10 negara yang paling suka buang sampah plastik ke laut. Negara-negara ini bisa dikatakan memberikan sumbangan buruk bagi pencemaran air laut di dunia.
Nah, Indonesia ternyata juga masuk dalam 10 besar negara yang suka sekali buang sampah plastik ke laut.
Kondisi tersebut menyebabkan pencemaran dan tentu saja kondisi air laut yang snagat buruk.
Baca juga: Sudah Dipercaya Prabowo, Sosok Dony Oskario yang Jabat Plt Menteri BUMN Bukanlah Orang Sembarangan
bahkan itu bisa saja merusak ekosistem yang ada lam laut.
Nah, bagaimana Indonesia begitu doyannya buang sampah plastik ke laut? Dan negara mana yang paling sering buang sampah plastik ke laut ?
Berikut ini Daftarnya
1. Filipina
Filipina menempati posisi teratas dalam daftar negara yang menyumbangkan plastik ke laut setiap tahunnya.
Dengan estimasi sekitar 356.371 ton per tahun sampah plastik yang memasuki laut, sebagaimana dikutip dari platform daring yang fokus pada isu lingkungan hidup, decoding Biosphere.
Alasan utama Filipina menyumbangkan plastik ke laut adalah gabungan garis pantai yang panjang, banyak pulau/ribuan sungai, serta sistem pengelolaan sampah yang masih lemah terutama di daerah pesisir dan sungai-sungai kecil yang membawa sampah ke laut.
2. India
Negara selanjutnya yang menyumbang sampah terbanyak yakni ada India dengan total sampah mencapai sekitar 126.513 ton plastik laut per tahun.
Populasi besar, urbanisasi cepat, banyak kawasan padat penduduk yang kurang memiliki fasilitas pengelolaan sampah yang baik menyebabkan sebagian besar sampah plastik tidak terkelola dengan baik.
Alhasil sungai-sungai di India seperti Gangga dan Brahmaputra sering menjadi “jalur” sampah ke Teluk Benggala setiap tahunnya.
3. Malaysia
Malaysia tercatat menyumbang sekitar 73.098 ton sampah plastik yang berakhir di laut setiap tahunnya.
Angka ini menempatkan Malaysia di jajaran negara dengan kontribusi besar terhadap krisis polusi laut global.
Salah satu penyebab utamanya adalah curah hujan tinggi yang kerap melanda Malaysia.
Ketika hujan deras turun, sistem drainase di perkotaan sering meluap. Hal ini membuat sampah plastik dari jalanan dan kawasan padat penduduk terbawa aliran air hingga bermuara ke laut.
Baca juga: Daftar Lengkap Jadwal Cuti Bersama Tanggal Merah Kalender 2026, Sesuai Ketetapan Pemerintah
Di kawasan pesisir, masalah semakin kompleks. Sistem pengumpulan sampah yang kurang optimal membuat limbah plastik dari masyarakat pesisir dan aktivitas wisata langsung masuk ke laut.
Akibatnya, sampah plastik dari Malaysia tidak hanya mencemari ekosistem lokal, tetapi juga menyebar ke perairan regional Asia Tenggara.
4. China
China diperkirakan menghasilkan sekitar 70.707 ton sampah plastik yang berakhir di laut setiap tahunnya.
Sebagai pusat industri manufaktur terbesar dunia, China memproduksi plastik dalam jumlah yang sangat besar, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.
Namun, kapasitas pengelolaan limbah plastik belum sepenuhnya seimbang dengan volume produksi tersebut.
Di banyak wilayah, terutama daerah pedesaan dan pinggiran kota, sistem pengumpulan dan daur ulang masih terbatas.
Akibatnya, sebagian besar plastik tidak terkelola dengan baik, lalu berakhir di tempat pembuangan terbuka atau terbawa aliran air seperti Yangtze, Mekong, hingga Pearl River, yang bermuara langsung ke laut.
Hal ini mempercepat akumulasi sampah plastik di perairan pesisir maupun laut lepas.
5. Indonesia
Indonesia diperkirakan menghasilkan sekitar 56.333 ton sampah plastik yang berakhir di laut setiap tahunnya.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 95.000 kilometer, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah.
Kondisi geografis ini membuat sebagian besar plastik dari daratan berpotensi langsung masuk ke laut, terutama melalui sungai-sungai besar seperti Citarum, Bengawan Solo, dan Musi yang menjadi jalur utama aliran limbah.
Selain itu masalah sistem pengelolaan sampah yang belum merata serta kebiasaan konsumsi masyarakat juga menjadi penyumbang besar sampah yang sulit terurai dan kerap berakhir di laut.
Pemerintah Indonesia sendiri telah meluncurkan target ambisius untuk mengurangi sampah plastik laut hingga 70 persen pada tahun 2025, melalui kebijakan larangan plastik sekali pakai di sejumlah kota, program bank sampah, hingga upaya kerja sama internasional.
6. Myanmar
Myanmar tercatat membuang sekitar 40.000 ton sampah plastik ke laut setiap tahunnya.
Angka ini menempatkan Myanmar sebagai salah satu negara penyumbang polusi laut terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Adapun masalah utama berakar pada pertumbuhan populasi dan ekonomi yang pesat, sementara infrastruktur pengelolaan sampah belum mampu mengikuti perkembangan tersebut.
Di banyak wilayah, terutama daerah pedesaan dan pesisir, sistem pengumpulan dan pembuangan sampah masih sangat terbatas. Kondisi ini membuat sampah plastik lebih mudah dibuang sembarangan atau berakhir di aliran air.
Faktor lain adalah minimnya kesadaran publik terkait dampak sampah plastik jangka panjang.
Kantong plastik sekali pakai dan kemasan murah masih digunakan secara luas, sementara fasilitas daur ulang hampir tidak tersedia di banyak wilayah.
7. Brazil
Selanjutnya ada Brasil, negara dengan luas wilayah terbesar di Amerika Selatan, ternyata menjadi salah satu penyumbang signifikan polusi plastik global.
Menurut laporan Decoding Biosphere dan GreenMatch.co.uk, setiap tahun Brasil membuang sekitar 37.799 ton plastik ke laut.
Ironisnya, Brasil memiliki kapasitas ekonomi yang jauh lebih besar dibanding sejumlah negara penyumbang sampah laut lain.
Namun, kondisi geografis dan kepadatan penduduk di wilayah pesisir menjadikan negeri ini tetap rawan terhadap pencemaran plastik.
Sungai-sungai besar seperti Amazon dan Paraná, yang melintasi kawasan padat penduduk, kerap menjadi jalur utama aliran sampah plastik menuju laut, terutama saat musim hujan yang menyebabkan banjir.
8. Vietnam
Vietnam kini masuk dalam daftar negara penyumbang polusi plastik laut terbesar di dunia.
Berdasarkan laporan Decoding Biosphere, GreenMatch.co.uk, dan The Environmental Literacy Council, negeri di Asia Tenggara ini membuang sekitar 28.221 ton plastik ke laut setiap tahunnya.
Masalah utama yang dihadapi Vietnam adalah pertumbuhan konsumsi plastik yang meningkat pesat seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi.
Produk plastik sekali pakai, terutama kantong belanja dan kemasan makanan, masih digunakan secara luas tanpa adanya sistem pengendalian yang ketat.
Regulasi terkait pengurangan plastik sebenarnya mulai diperkenalkan pemerintah Vietnam, namun penerapannya belum sepenuhnya kuat.
Banyak daerah, khususnya di luar kota besar seperti Hanoi atau Ho Chi Minh City, belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai.
Akibatnya, plastik yang tidak terkelola dengan baik sering berakhir di jalan, saluran air, hingga terbawa ke sungai.
9. Bangladesh
Bangladesh, negara berpopulasi padat di Asia Selatan yang tercatat membuang sekitar 24.640 ton plastik ke laut setiap tahunnya.
Faktor utama yang membuat Bangladesh rentan adalah kepadatan penduduk yang sangat tinggi.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 170 juta jiwa yang sebagian besar tinggal di kawasan perkotaan dan pesisir, volume sampah plastik yang dihasilkan setiap hari sangat besar.
Sistem pengelolaan sampah di kota-kota besar seperti Dhaka dan Chittagong sering kali kewalahan menghadapi volume limbah, sehingga banyak sampah yang akhirnya tidak tertangani.
Selain itu, wilayah pesisir yang luas dan sering terkena banjir membuat sampah plastik semakin mudah terbawa ke laut.
Setiap musim hujan, volume sampah yang masuk ke aliran air meningkat tajam karena sistem drainase yang buruk dan minimnya fasilitas pengelolaan limbah
10. Thailand
Thailand tercatat menyumbangkan sekitar 22.806 ton sampah plastik ke laut setiap tahunnya.
Angka ini menempatkan Thailand dalam jajaran negara dengan kontribusi signifikan terhadap polusi laut global.
Salah satu faktor utama adalah konsumsi plastik sekali pakai yang sangat tinggi.
Kondisi geografis Thailand yang memiliki ribuan kilometer garis pantai serta puluhan ribu pulau tropis memperburuk persoalan.
Industri pariwisata juga memberi tekanan besar pada lingkungan. Lokasi-lokasi populer seperti Phuket, Krabi, dan Pattaya menghasilkan jumlah sampah yang tinggi, sementara sistem pengelolaan limbah di beberapa daerah pesisir masih kurang efektif.
Sehingga, plastik sering menumpuk di pantai atau hanyut ke laut, mencemari ekosistem laut yang menjadi daya tarik utama sektor pariwisata Thailand.
Polusi plastik di laut kini resmi menjadi salah satu krisis lingkungan paling serius di dunia.
Setiap tahun, jutaan ton plastik terbuang dari daratan menuju samudra, terbawa aliran sungai, drainase, hingga sistem pembuangan yang tidak terkendali.
Limbah tersebut tidak hanya mengotori perairan, tetapi juga merusak ekosistem laut, mengancam keberlangsungan satwa laut, serta menimbulkan dampak besar bagi kesehatan manusia dan ekonomi global.
Jika tren ini tidak dihentikan, jumlah sampah plastik di laut bisa melebihi jumlah ikan pada tahun 2050.
Adapun pertumbuhan ekonomi pesat, urbanisasi, serta sistem pengelolaan sampah yang kurang memadai menjadi faktor utama tingginya angka kebocoran sampah plastik di dunia.
Sumber : Tribunnews
Daftar Lengkap Jadwal Cuti Bersama Tanggal Merah Kalender 2026, Sesuai Ketetapan Pemerintah |
![]() |
---|
Pengadilan PTUN Pastikan Tuntutan Tutut Soeharto Berjalan, Menkeu Purbaya akan Dipanggil |
![]() |
---|
Kementerian BUMN Terancam Dihapus? DPR Bocorkan Status Terkini |
![]() |
---|
CEK di Sini Kenaikan Gaji PNS, Guru, Dosen, TNI & Polri Disahkan Prabowo lewat Perpres Nomor 79 |
![]() |
---|
Eks Dirut Taspen Penipu Investasi Rp 1 Triliun Dipenjara 10 Tahun, Kosasih Masih Sanggup Tersenyum |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.