Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Identitas dan Nasib 3 Dokter Terduga Pelaku Bullying Timothy Mahasiswa Universitas Udayana

Terbaru, tiga dokter koas akhirnya dikembalikan ke Universitas Udayana untuk proses investigasi dan pembinaan lanjutan.

Editor: Muhammad Ridho
KOLASE
DIKEMBALIKAN KE KAMPUS - Nasib 3 calon dokter yang jadi terduga pembully-an mahasiswa Fisip Unud, Timothy. 3 dokter koas diberhentikan dari RSUP Ngoerah, Bali. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kematian Timothy Anugerah Saputra (TAS) menjadi duka mendalam bagi Tanah Air.

Pasalnya, pemuda berusia 22 tahun itu menjadi korban bullying atau perundungan.

Korban kemudian mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 4 Gedung FISIP Universitas Udayana (Unud) Jalan Sudirman, Denpasar, Bali, pada Rabu (15/10/2025). 

Setelah insiden tersebut, beredar chat dalam grup WhatsApp (WA) yang berisi percakapan perundungan terhadap TAS.

Terbaru, tiga dokter koas akhirnya dikembalikan ke Universitas Udayana untuk proses investigasi dan pembinaan lanjutan.

"Sudah ada kesepakatan antara RS Ngoerah dan FK Unud. Sementara yang bersangkutan dikembalikan ke FK Unud untuk dilakukan penelitian lebih lanjut," ujar Azhar Jaya Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes.

Langkah itu, menurut Azhar, merupakan bentuk komitmen lembaga kesehatan untuk menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang aman, sehat, serta bebas dari tindakan perundungan.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah, I Wayan Sudana, menegaskan pihak rumah sakit tidak akan menoleransi perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan etika profesi.

"RS Ngoerah mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan peserta didik tersebut ke Universitas Udayana untuk dilakukan pendalaman dan investigasi," kata Sudana.

Sudana juga menjelaskan, status koas atau co-assistant merupakan bagian dari program pendidikan profesi kedokteran yang dilaksanakan di rumah sakit.

Oleh karena itu, para mahasiswa tersebut bukanlah pegawai rumah sakit.

"Kami tegaskan kembali bahwa mereka adalah peserta didik yang sedang belajar di RS Ngoerah, bukan sebagai karyawan RS Ngoerah, sehingga tidak bisa disebut mewakili rumah sakit," tegasnya.

Ketiga mahasiswa itu sebelumnya menjadi sorotan setelah muncul unggahan di media sosial yang memperlihatkan komentar mereka yang mengejek kematian TAS.

Korban, Timothy, mahasiswa berusia 22 tahun, diketahui tewas setelah melompat dari lantai empat gedung FISIP Unud.

Berikut identitas 3 dokter koas terduga pelaku bullying Timothy 

1. Calista Amore Manurung

Calista Amore Manurung adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Unud angkatan 2021.

Ia diketahui tengah menjalani koas di RSUP Prof Ngoerah, Bali.

Isi chat dari Calista yang mengarah pada perundungan Timothy adalah "Gaberasa lt 2 mah" dan "Visit yu".

Akibatnya, Calista jadi bulan-bulanan netizen.

Setelah namanya santer, Calista akhirnya mengunggah video permintaan maaf.

Berikut yang diucapkan Calisa:

"Saya menyadari bahwa tindakan nir empati yang saya lakukan tidak dapat dibenarkan dalam keadaan apa pun. Saya sungguh menyesal dan menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran besar dalam kehidupan saya,"

"Saya meminta maaf dengan tulus kepada keluarga Almarhum Timothy, juga kepada semua pihak yang merasa tersakiti,"

2. Erick Gonata
Sama seperti Calista, Erick juga mahasiswa Fakultas Kedokteran 2021.

Ia sedang menjalani koas di rumah sakit yang sama dengan Calista yakni RSUP Ngoerah, Bali.

Erick diketahui menanggapi "mati ga?" saat di grup ada info percobaan bunuh diri mahasiswa Unud.

Kemudian seseorang menjelaskan bahwa korban masih di IGD.

Erick Gonata kembali menimpali "mati ga?" yang kemudian disambung dengan James Halim "Oalah mati ya."

3. James Halim
James Halim disebut merupakan mahasiswa kedokteran angkatan 2021 di Universitas Udayana.

Berikut isi chat James Halim yang viral menanggapi kematian Timothy:

James Halim : Fisip itu ya

James Halim : Oalah mati ya

James Halim : Baguslah.

Polisi: Kecil Kemungkinan Bullying Semasa Hidup

Fakta baru soal kematian Timothy diungkap oleh Kapolsek Denpasar Barat.

Kompol Laksmi Trisnadewi menjelaskan, pemicu Timothy diduga mengakhiri hidup karena bullying masih dalam proses penyelidikan.

Berdasarkan pemeriksaan terhadap para saksi, tidak disebutkan mendiang mengalami bullying semasa hidupnya.

"Kemudian terkait masalah pembuktian apakah mungkin unsur perundungan atau bullying terhadap korban sehingga mengakibatkan korban bunuh diri, itu masih proses penyelidikan dari kami" kata Laksmi.

"Dari saksi-saksi yang sudah kami mintai keterangan, baik itu dari pihak dosen, teman-teman satu angkatan dan satu kelas korban, bahkan sahabat dari korban tadi malam sudah kami mintai keterangan, tidak ada menyebutkan atau mengetahui perundungan yang dialami oleh korban," bebernya.

Lebih lanjut keterangan serupa juga didapat Laksmi dari teman-teman Timothy.

"Kalau untuk menjadi korban pem-bully-an itu dari teman-teman merasa itu sangat kecil sekali kemungkinannya."

"Karena korban ini orang yang berprinsip sekali, jadi bukan tipe-tipe yang seperti akan gampang di-bully. Itulah pengakuan dari beberapa saksi yang kami mintai keterangan," terang Laksmi.

Terkait chat yang tersebar di media sosial dari obrolan 3 dokter koas, Kompol Laksmi menjelaskan kejadian tersebut setelah Timothy jatuh dari lantai 4.

"Nah kalau setelah korban terjatuh kemudian sampai akhirnya korban meninggal itu kan ada di chat yang tersebar di media sosial. Kalau untuk sebelum kejadiannya itu bahkan dari sahabat korban pun itu sangat kecil kemungkinannya," terang Laksmi.

Kapolsek Laksmi menjelaskan, penyelidikan untuk mengungkap pemicu Timothy mengakhiri hidup terhambat karena ibu korban belum memberikan izin untuk pengecekan ponsel sang anak. 

Meskipun menghormati keputusan tersebut, Laksmi berharap ayah korban, Lukas Triana Putra, dapat membujuk istrinya.

Pembukaan ponsel Timothy penting agar polisi bisa menelusuri riwayat komunikasi, terutama karena Lukas sendiri melapor untuk memastikan apakah anaknya benar-benar menjadi korban bullying selama berkuliah di Unud.

"Saya sudah sampaikan ke ayah korban, mungkin bisa dibuka komunikasi ke ibu korban untuk dibicarakan (polisi diperbolehkan untuk membuka ponsel Timothy)," kata Laksmi.

( Tribunpekanbaru.com / Tribunjateng )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved