Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Nasional

Utang Indonesia Sudah Tembus Rp 9 ribuan Triliun, Menkeu Purbaya: Kenapa Anda Khawatir?

Berdasarkan standar internasional, batas defisit anggaran negara terhadap PDB sebesar 3 persen dan rasio utang terhadap PDB sebesar 60 persen

Kompas.com/Isna Rifka Sri Rahayu
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa soal pengawasan OJK terhadap saham gorengan. 

TRIBUNPEKABARU.COM - Hingga akhir Juni 2025, total utang pemerintah tercatat sekitar Rp9.138 triliun.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa posisi tersebut masih dalam batas yang terkendali.

Ia menjelaskan, masyarakat tidak perlu cemas dengan besarnya angka utang tersebut karena kondisi fiskal Indonesia masih tergolong sehat.

Lembaga-lembaga internasional, lanjutnya, tidak hanya menilai dari besaran utang melainkan dari seberapa kuat kemampuan dan komitmen pemerintah dalam memenuhi kewajiban pembayarannya.

"Kenapa Anda khawatir tentang utang? Kata siapa (Indonesia tidak memiliki cukup uang untuk bayar utang)?

Kalau Anda belajar fiskal kan tahu rasio atau ukuran-ukuran suatu negara bisa bayar utang seperti apa," ujar Purbaya di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dia menjelaskan, secara internasional terdapat dua rasio penting untuk menilai kemampuan fiskal suatu negara, yaitu defisit anggaran terhadap produk domestik bruto (PDB) dan utang terhadap PDB.

Dalam kedua rasio tersebut, posisi utang Indonesia dinilai masih sangat aman.

Berdasarkan standar internasional, batas defisit anggaran negara terhadap PDB sebesar 3 persen dan rasio utang terhadap PDB sebesar 60 persen untuk dikatakan aman.

Sementara saat ini, kondisi fiskal Indonesia masih di bawah batas tersebut dimana defisit APBN 2025 hingga akhir Kuartal III masih sebesar 1,56 persen dari PDB sedangkan rasio utang terhadap PDB masih 39,86 persen per Juni 2025.

Baca juga: Nasib ASN yang Terjaring Pesta Gay di Hotel Surabaya, Gaji Dihentikan, Diminta Segera Mundur

Baca juga: Pekanbaru Panas Bedengkang! Warga Memilih Habiskan Waktu di Ruangan Ber-AC

"Jadi dengan standar internasional yang paling ketat pun, kita masih prudent," kata Purbaya.

Purbaya menambahkan, jika dibandingkan dengan negara lain, posisi Indonesia relatif lebih sehat. Sejumlah negara maju bahkan mencatat rasio utang yang jauh melampaui standar internasional.

"Lihat negara-negara Eropa, semua mendekati 100 persen sekarang. Amerika ada 100 persen debt to GDP ratio-nya. Jepang 275 persen. Singapura ada 90 persen ya, gede banget. Jadi dari ukuran itu harusnya saya aman. Jadi Anda enggak usah terlalu panik," tambahnya.

Dia memastikan, pemerintah akan terus menjaga disiplin fiskal agar defisit anggaran tetap terkendali di bawah 3 persen terhadap PDB. Dia menegaskan komitmennya untuk tidak mengubah batas tersebut dalam waktu dekat.

"Saya gak akan tembus 3 persen deficit to GDP ratio. Anytime soon gak akan berubah, gak akan saya ubah itu, saya akan jaga terus tahun ini, tahun depan, tahun depan," tegasnya.

Meski demikian, Bendahara Negara itu membuka peluang untuk menyesuaikan strategi fiskal ketika pertumbuhan ekonomi mencapai level yang lebih tinggi.

"Nanti kalau tumbuh kita sudah misalnya 7 persen, kita pertimbangkan perlu gak kita kurangin pajak? Atau perlu gak kita kurangin debt-nya? Atau perlu gak kita tambahin debt-nya untuk nembus 8 persen? Tapi kan hitungannya clear di atas kertas. Kalau sudah 7 persen saya naikin sedikit, orang juga happy," tukasnya.

Strategi Purbaya Kelola Utang

Pada kesempatan berbeda, Purbaya memaparkan strategi pemerintah dalam mengelola utang negara yang kini tembus Rp 9.000 triliun.

Menurutnya, kunci utama menjaga kemampuan bayar utang adalah memastikan anggaran negara dibelanjakan secara efisien dan memberikan dampak maksimal pada perekonomian.

"Strategi yang pertama adalah anggarannya dibelanjakan, tepat sasaran, tepat waktu gak ada kebocoran, optimalkan dampak anggaran ke perekonomian," ujar Purbaya saat ditemui di kantornya, Senin (27/10/2025).

Purbaya optimistis, dengan mengoptimalkan penggunaan anggaran negara dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kencang sehingga dari sisi penerimaan negara pun akan lebih besar.

Dengan perbaikan di sektor penerimaan negara, rasio pajak terhadap PDB akan meningkat dalam waktu dekat.

"Kalau real sector berjalan dengan bagus seperti yang saya desain, tapi nggak langsung sekarang ya, beberapa bulan ke depan, harusnya itu akan menaikkan tax ratio hampir 0,5 - 1 persen," ungkapnya.

Untuk itu, Purbaya terus berkeliling ke berbagai daerah untuk mengidentifikasi hambatan di sektor riil. Dia berharap langkah ini bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025.

"Jadi saya kalau ke sana-sini, bukan nggak ada kerjaan, karena saya bertaruh untuk kuartal ini paling enggak laju pertumbuhan ekonominya lebih cepat dibanding kuartal-kuartal sebelumnya, kita targetkan di atas 5 persen, kalau bisa syukur," tuturnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved