Cuaca Riau Panas Terik
Panas Ekstrem di Riau, Tanaman Petani Mulai Berdampak, Harus Disiram Dua Kali Sehari
Cuaca panas ekstrem yang terjadi sejak beberapa hari terakhir di Provinsi Riau mulai banyak dikeluhkan masyarakat, termasuk para petani
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Cuaca panas ekstrem yang terjadi sejak beberapa hari terakhir di Provinsi Riau mulai banyak dikeluhkan masyarakat, termasuk para petani yang mulai mengeluh karena berdampak terhadap tanaman mereka.
Seperti keluhan Agus seorang petani cabe di Jalan Kesadaran Kota Pekanbaru mengaku sulit menghadapi musim panas saat ini, karena berdampak terhadap tanaman cabe miliknya.
"Panasnya luar biasa, kalau siang itu langsung kayu daunnya, setiap malam dan pagi selalu disiram," ujar Agus.
Biasanya sebelum musim panas ekstrem ini, Agus cukup sekali siram tanaman cabenya, namun setelah musim panas ekstrem ini, ia harus menyiram hingga dua kali dalam sehari.
"Itupun masih belum cukup air untuk tanaman, padahal sudah dua kali sehari," ujarnya.
Baca juga: BMKG Pekanbaru Ungkap Penyebab Cuaca Riau Panas Terik, Pengaruh Tekanan di Perairan China Selatan
Dampak yang dirasakannya berkurangnya hasil panen, karena banyak buah cabe keriting miliknya mengering akibat cuaca panas ini.
"Uang jelas hasil berkurang, tanaman banyak layu dan berdampak pada perkembangan buah," jelasnya.
Tidak hanya Agus, Hendrik petani cabe geprek di Pekanbaru juga mengeluhkan hal yang sama, akibat cuaca ekstrem yang melanda Riau, mengakibatkan dampak terhadap tanamannya.
"Kalau kondisi seperti ini memang air untuk siram tanaman harus kuat, kalau nggak nanti bisa mati tanaman cabe kami ini," ujar Hendrik.
Hendrik pun berharap situasi seperti ini bisa secepatnya hujan turun, karena bagaimanapun juga hujan alami lebih bagus dari siraman yang dilakukan mereka setiap hari.
"Kalau siram terus nggak bisa juga lama bertahan tanamannya, mudah-mudahan bisa turun hujan secepatnya," ujar Hendrik.
Selain itu, petani lainnya Vina yang merupakan pemilik tanaman Slada dengan sistem hidroponik juga mengakui berdampak dengan kondisi cuaca ekstrem saat ini.
"Gagal panen belum, cuma harus dibanyakan volume air untuk terus mempertahankan tanaman, tapi kalau pembibitan memang berdampak," ujar Vina.
(Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.