Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

MBG Jangkau Daerah Terluar

Tidak Semua Lauk MBG Disukai Anak, Ahmad Bawa Lauk Alternatif ke Sekolah

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah menyasar banyak sekolah di Provinsi Riau

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution
Sajian menu MBG 

 TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah menyasar banyak sekolah di Provinsi Riau.

Untuk Kota Pekanbaru sekolah yang sudah menerima makan siang gratis dari pemerintah tersebut hampir merata.

Memang dalam prakteknya di lapangan, berbagai hal ditemukan mulai dari masih adanya ditemukan makanan basi, buah yang keras hingga lauk yang sebagian anak tidak suka.


Setelah berjalan beberapa waktu belakangan, sejumlah orangtua mulai menyikapi, terutama untuk anak yang belajar full day atau seharian penuh belajar untuk mencari cara agar menjadi persoalan bagi anaknya.


Seperti Ahmad seorang siswa SD Islam swasta di Pekanbaru, sering tidak suka dengan lauk yang dimasak oleh dapur MBG tersebut.

Menurut ibunya, selera anak juga tidak mudah menyesuaikan.

Sehingga ibunya selalu menyiapkan sambal alternatif untuk dibawa ke sekolah sebagai cadangan bila anaknya tidak suka lauk yang disiapkan dapur MBG tersebut.


"Biasanya bawa telor dadar dan sambal yang dia suka, sebagai alternatif, karena selera anak ini payah, takutnya nanti diharapkan makan dari MBG, ternyata nggak dimakannya, padahal dia seharian belajar di sekolah,"ujar Tiwi ibunya Ahmad bercerita.


Tiwi sendiri mengaku terbantu dengan keberadaan MBG di sekolah anaknya tersebut, hanya saja memang beberapa kali anaknya selalu mengeluh karena tidak terbiasa dengan masakan dapur tersebut.


"Misalnya tumis ayam dan lainnya, anak tidak suka, ada juga sayur lain yang cara masaknya mungkin tidak selera bagi anak, maka solusinya saya bawakan lauk alternatif,"ujar Tiwi.


Sementara setiap hari, sebagai upaya pencegahan, ia selalu mengingatkan anaknya untuk memeriksa secara detil makanan sebelum di konsumsi, mulai dari mencium bau makanan dan mencicipi sedikit sebelum mulai dimakan.


"Takut makanan basi, dan anak harus faham bagaimana cara mengantisipasi itu, makanya saya ajarkan selalu di rumah, kalau bau makanan berbeda maka jangan dimakan,"ujarnya.


Untuk di sekolahnya sendiri, diakui Tiwi, gurunya juga ikut mengawasi makanan sebelum di konsumsi anak-anak.


"Alhamdulillah gurunya juga ikut periksa makanannya, kalau kiranya ada yang aneh, maka tidak boleh dibagikan kepada anak,"ujar Tiwi.(Tribunpekanbaru,com / Nasuha Nasution).

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved