Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ketersediaan Tempat Tidur Kelas 3 BPJS Kesehatan di Riau Menurun, 3 Kabupaten Ini Paling Kekurangan

Jumlah tempat tidur rawat inap untuk pasien kelas 3 BPJS kesehatan di rumah sakit yang ada di Riau tercatat sebanyak 8.673 unit

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: M Iqbal
TRIBUN-TIMUR.COM/MUHAMMAD ABDIWAN
Ilustrasi tempat tidur di ruang rawat inap. 
Ringkasan Berita:
  • Jumlah tempat tidur rawat inap untuk pasien kelas 3 BPJS kesehatan di rumah sakit yang ada di Riau tercatat sebanyak 8.673 unit.
  • Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana tahun 2023, total ada 9.205 unit ruang rawat inap kelas 3. 
  • Riau kekurangan dokter spesialis, terutama anestesi, obgyn, bedah, dan anak. Termasuk juga kebutuhan dokter gigi dan tenaga perawatan di wilayah pesisir.

 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU — Ketersediaan tempat tidur rawat inap kelas 3 untuk peserta BPJS Kesehatan di Provinsi Riau masih menjadi persoalan serius. Pada tahun 2024, jumlah tempat tidur rawat inap untuk pasien kelas 3 BPJS kesehatan di rumah sakit yang ada di Riau tercatat sebanyak 8.673 unit.


Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana tahun 2023, total ada 9.205 unit ruang rawat inap kelas 3. 


Penurunan ini terjadi akibat penyesuaian standar Kelas Rawat Inap Standar (KRIS). Meski rasio tempat tidur berada di angka 1,28 per 1.000 penduduk, distribusinya dinilai belum merata dan masih terpusat di kota-kota besar.


Asisten II Setdaprov Riau, Helmi D, menegaskan ketimpangan ini membuat daerah terjauh semakin tertinggal dari segi pelayanan kesehatan.


“Sebaran tempat tidur menumpuk di kota-kota besar. Sementara daerah yang jauh dari Pekanbaru justru masih kekurangan. Ada tiga kabupaten yang sangat minim tempat tidur rawat inap kelas 3, yaitu Indragiri Hilir, Rokan Hilir, dan Kepulauan Meranti,” ujar Helmi, Ahad (23/11/2025).


Helmi menambahkan faktor jarak dan akses menjadi penyebab ketertinggalan layanan kesehatan di wilayah pesisir dan perbatasan.


“Tiga kabupaten ini memang letaknya paling jauh dari Kota Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau,” katanya.


Selain fasilitas fisik, Riau juga masih menghadapi ketimpangan distribusi tenaga kesehatan. Pemenuhan fasilitas kesehatan saat ini baru mencapai 71 persen, dan sebagian wilayah pesisir masih kekurangan tenaga spesialis.


“Riau kekurangan dokter spesialis, terutama anestesi, obgyn, bedah, dan anak. Termasuk juga kebutuhan dokter gigi dan tenaga perawatan di wilayah pesisir,” ungkap Helmi.


Keterbatasan fasilitas dan distribusi pelayanan kesehatan turut berdampak pada kondisi pelayanan di lapangan. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah rumah sakit di Pekanbaru kembali mengalami penumpukan pasien di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Pasien Kerap Menunggu di IGD

Pasien yang datang dengan rujukan kerap harus menunggu di IGD hingga ada ruang rawat inap yang kosong, terutama untuk kelas 1 dan kelas 3 yang menjadi pilihan terbanyak peserta BPJS Kesehatan.


Kondisi ini diperparah karena sebagian besar pasien berat akhirnya terpusat di rumah sakit rujukan tertinggi atau tipe A, sementara jumlah rumah sakit tipe A di Riau masih terbatas. 


Di sisi lain, rumah sakit swasta memiliki keterbatasan dalam menerima pasien BPJS karena faktor pembiayaan dan orientasi operasional.


Akibatnya, rumah sakit perlu mempercepat alur perpindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap, termasuk memanfaatkan ruang non-reguler saat terjadi lonjakan, agar pasien tidak menunggu terlalu lama di IGD. (Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved