Wisata Bengkalis
Nostalgia Sambil Merajut Asa di Tepian Batang Mandau Bengkalis
Tepian Batang Mandau di Bengkalis tak hanya sekadar obyek wisata, tapi sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan ekosistem sungai
Penulis: Fernando | Editor: FebriHendra
TRIBUNPEKANBARU.COM,PEKANBARU - Lanskap Batang Mandau berpadu rimbunnya pohon putat menyambut siapa saja yang datang. Cuaca cerah membuat refleksi pepohonan hijau itu terlihat jelas di permukaan sungai yang tenang.
Kicau burung terdengar jadi sebuah simfoni alam seiring suara mesin perahu yang membelah sungai.
Sejumlah orang terlihat menumpangi perahu tersebut sambil memotret pemandangan sekitar sungai yang berada di Desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Wisatawan yang datang bisa menyewa perahu dengan tarif sekitar Rp 15.000 per orang. Perahu tersebut bisa mengajak para wisatawan menyusuri sungai yang panjangnya berkisar sepuluh kilometer.
Baca juga: Wisata Tepian Batang Mandau, PHR Jembatani Impian Warga Wujudkan Desa Wisata Unggulan
Baca juga: PLN Wujudkan Aksi Nyata Jaga Sungai: Kumpulkan 200 Kg Sampah di Batang Mandau
Penyewaan perahu ini menjadi mata pencarian baru bagi warga di tepian sungai itu. Mereka harus melanjutkan hidup sambil bernostalgia mengingat kenangan pendaratan kapal besar pengangkut mesin pengeboran migas di tepi sungai itu.
Monumen Nasi Kunyit Pagar Telur yang berdiri di tepian sungai memiliki nilai historis sebagai tanda lokasi industri migas Riau bermula tahun 1935.
Keberadaan tugu itu juga menandai kedatangan Nederlandsche Petroleum Pacific Maatschappij (NPPM) yang lantas dikenal sebagai California Texas Oil Company atau Caltex.
Pelabuhan di sungai ini menjadi satu-satunya akses menuju Mandau sebelum adanya jalan lintas.
Sehingga aktivitas angkutan orang maupun angkutan barang melewati kawasan itu sebelum dimulai beroperasinya Duri Field.
Warga di desa ini dulunya menggantungkan hidup menjadi nelayan air tawar. Namun kondisi lingkungan di sekitar dan gerak pembangunan membuat populasi ikan di sungai jadi berkurang. Kondisi sungai pun mengalami pendangkalan menjadi empat hingga lima meter.
Mereka yang tinggal di tepi sungai itu pun pelan-pelan merajut asa baru demi melanjutkan hidup. Satu persatu warga mulai ambil bagian dalam menggarap potensi wisata di desa dengan jumlah penduduk 1.800 jiwa.
Lokasi tersebut kini pelan tapi pasti menjelma menjadi Desa Wisata Tepian Batang Mandau.
Warga mengelola kawasan itu bukan hanya sekedar membangun objek wisata. Mereka sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan ekosistem sungai di kawasan itu.
Wisatawan yang hendak menuju objek wisata itu mesti menempuh jalan lewat jalur darat sejauh 31 kilometer dari pusat Kecamatan Mandau.
Perjalanan puluhan kiloter itu terbayar karena disambut asri pepohonan putat di seberang Batang Mandau. Pohon ini memang biasa tumbuh di habitat lembab seperti sepanjang tepi sungai.
Penggiat Sadar Wisata Tepian Batang Mandau, Rahmat Hidayatullah menyebut bahwa warga mulai melirik potensi wisata ini sejak empat tahun silam.
Mereka menyadari populasi ikan air tawar berkurang. Mata pencarian warga di sana selama ini nelayan ikan tawar.
Ada berbagai jenis ikan yang ada di sungai itu di antaranya selai, baung, toman, patin hingga belida. Mereka setiap harinya sebagai nelayan tangkap sungai bisa meraup pendapatan berkisar Rp 800 ribu hingga Rp 1,2 juta.
"Sekarang cuma sebatas lauk saja karena populasi ikan berkurang karena ada aktivitas pabrik kelapa sawit yang mulai mencemari sungai itu," ujarnya kepada Tribunpekanbaru.com pada awal Oktober 2025 lalu.
Berbagai kondisi ini mendorong warga mengembangkan potensi wisata di desanya. Mereka melakukan penataan terhadap kawasan tepian Batang Mandau. Kawasan itu kini lebih rapi karena terdapat tepian yang bisa jadi pilihan bersantai sore hari.
Ada juga gazebo dan pedestrian untuk menyusuri tepian Batang Mandau. Keberadaan perahu di tepian Batang Mandau ini bisa jadi pilihan penggiat mancing. Mereka bisa memesan perahu sewaan untuk memancing di sepanjang Batang Mandau.
"Selain itu kami dari Pokdarwis ingin menambah wahana permainan, penataan ini untuk keberlanjutan aktivitas di lokasi wisata," paparnya.
Selain itu, warga desa juga menggelar ajang Pacu Sampan yang bakal menjadi agenda tahunan. Mereka sudah menggelar ajang Pacu Sampan itu pada Agustus 2025 silam. Ada seribu pengunjung memadati Desa Wisata Tepian Batang Mandau.
Ajang pacu sampan itu mendorong gerak ekonomi di desa wisata. Pendapatan dari ajang itu mencapai Rp 80 juta. Mereka juga melirik ajang lomba mancing di kawasan itu.
"Itu juga bisa menarik wisatawan untuk datang, ada sejumlah dukungan dari berbagai pihak mendukung kegiatan di Desa Wisata Tepian Batang Mandau," ulasnya.
Pengelolaan kawasan itu berjalan secara profesional sejak tahun 2023 silam. Kawasan Tepian Batang Mandau sendiri di bawah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes Tuah Melayu. Ada tujuh orang yang tergabung dalam unit pariwisata yang mengelola objek wisata.
Penataan terhadap kawasan Tepian Batang Mandau itu memberi dampak positif bagi masyarakat. Apalagi lewat ajang pacu sampan yang mendorong geliat wisata di sana. Peminatnya bukan cuma warga di sekitar sana tapi juga dari Kecamatan Pinggir.
"Walau tidak ada ajang pacu sampan, tapi saat hari libur ada saja pengunjung datang untuk sewa sampan hingga memancing," papar Pj Kepala Desa Balai Pungut, Aisah.
Ada sekitar 600 kepala keluarga atau KK yang tinggal di desa itu. Banyak dari mereka ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi wisata di sana. Total ada 21 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di desa itu yang sudah terbentuk.
Mereka juga memanfaatkan akun media sosial desa yakni @perpustakaanbalaipungut untuk memperkenalkan ajang pacu sampan dan desa wisata itu ke masyarakat luas.
Semuanya bahu membahu mengelola kawasan yang sudah masuk program Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis.
"Jadi program dari dinas itu untuk membantu mendukung kegiatan di desa, terutama dalam pengembangan wisata," paparnya.
Aisah berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung pengembangan Desa Wisata Tepian Batang Mandau.
Ada dukungan dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) lewat Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dan Universitas Muhammadiyah Riau. Ia menyebut dukungan ini meningkatkan geliat UMKM lewat ajang pacu sampan dan lomba memancing,
"Ke depan nantinya kerjasama terus terjalin, terutama dalam dalam membenahi sarana dan prasarana fisik penunjang Desa Wisata Tepian Batang Mandau," paparnya.
Ajang pacu sampan di kawasan itu memicu peningkatan ekonomi dari UMKM. Ia menyebut bahwa pendapatan UMKM pada ajang pacu sampan saja bisa mencapai Rp 10 juta.
Mereka bisa secara rutin menggelar sebagai penggerak roda ekonomi warga dari sektor wisata.
"Pengunjung bisa seribu orang dalam ajang itu, sehingga membuat UMKM warga bisa terus tumbuh dan mandiri secara ekonomi," ulas PIC Desa Wisata Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) - PHR, Delovita Ginting.
Warga bukan hanya berpotensi mendapat manfaat ekonomi dalam ajang pacu sampan. Ajang tersebut bisa mendukung keberlanjutan pengembangan desa wisata di Tepian Batang Mandau.
Wanita berkerudung itu menyampaikan bahwa UMRI melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) menjadi mitra pelaksana.
Mereka mendampingi warga sehingga desa wisata ini dapat masuk dalam Rencana Induk Pariwisata Desa hingga 2040 mendatang.
"Apalabila rencana induk itu menjadi acuan, maka desa wisata bukan hanya dapat pendanaan untuk pengembangan dari PHR saja, tapi bisa juga berasal dari berbagai pihak," ungkapnya.
Pihaknya terus melakukan pendampingan secara bertahap dan menyeluruh. Awalnya di Desa Balai Pungut belum ada pokdarwis dalam pengembangan desa wisata ini.
Tapi setelah mendapat pelatihan kelembagaan, maka pengembangan desa wisata berlangsung secara terorganisir.
"Sebelumnya pokdarwis belum ada, namun sekarang semuanya bekerja sama, mulai dari warga, petani, karang taruna, hingga pelaku UMKM," ulasnya.
Keberadaan desa wisata ini bukan hanya potensi alam berupa sungai. Tapi ada juga sisi sejarah karena di desa itu juga terdapat Makam Tuan Syeh Imam Sabar. Seorang ulama yang membawa Islam ke daratan Mandau.
Ada juga Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar yang berada tidak jauh dari Tepian Batang Mandau. Rumah adat itu ternyata cuma dua di Bengkalis, yang satu di Desa Balai Pungut dan satu lagi di Kecamatan Mandau.
"Nantinya warga dan pokdarwis bisa mempromosikan desa wisata," ulasnya.
Senior Officer CID PHR, R Muhammad Wildan menyampaikan bahwa pencanangan Tepian Batang Mandau sebagai bagian program desa wisata dan desa kreatif ini berlangsung pada 2024 silam.
Ia menilai Desa Balai Pungut merupakan satu desa di daerah operasi ring satu PHR yang menjadi perhatian dilakukan pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan desa wisata ini juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan di sekitarnya. "Maka pada tahun 2025 ini, program desa wisata kreatif dimulai pada semester kedua," paparnya.
Pihaknya mendukung pemberdayaan desa wisata ini lewat pelatihan-pelatihan. Lalu memberi bantuan peralatan serta melakukan pendampingan agar warga dapat meningkatan ekonominya.
"Pada momen 17 Agustus kemarin juga digelar pacu sampan, yang nanti rutin digelar setiap tahun," ungkapnya.
Program desa wisata dan desa kreatif bukan hanya sekedar memberi pendampingan saja. Namun PHR mendampingi hingga terjadi kemandirian dalam hal ekonomi di desa ini. Proses pemberdayaan itu berlangsung sekitar tiga tahun sampai lima tahun.
"Untuk tahun depan kita memang sedang melakukan formulasikan seperti apa, kita mengembangkan desa wisata ini lewat kerjasama dengan LPPM UMRI dan juga Desa Wisata Institute Yogjakarta," ulasnya.
Berbagai pelatihan juga tentang manajerial dalam mengelola kawasan Tepian Batang Mandau ini. Mereka juga mendukung upaya mengolah pangan lokal bagi pengembangan UMKM.
"Nantinya makanan itu bisa keunikan tersendiri, kita harapkan juga nanti semuanya terintegrasi dan menjadi pilar-pilar menuju desa wisata pesona," jelasnya. (Tribunpekanbaru.com/ Fernando)
Sungai Batang Mandau
Desa Balai Pungut
Bengkalis
Caltex
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Pertamina Hulu Rokan (PHR)
MataLokalTravel
| Kedai Kopi Yogyakarta, Kedai Kopi Legendaris di Bengkalis Berdiri Sejak Tahun 1960 |
|
|---|
| 4 Pilihan Wisata Pantai Populer di Kabupaten Bengkalis Riau |
|
|---|
| Menikmati Wisata Pantai Selat Baru Bengkalis sambil Menyantap Seafood, Bisa Melihat Daratan Malaysia |
|
|---|
| Rekreasi Menyenangkan di Pantai Selat Baru di Bengkalis, Ada Menu Seafood Warung Tepi Pantai |
|
|---|
| Menikmati Pemandangan di Ekowisata Mangrove Pangkalan Jambi Bengkalis, Masuk Hanya Rp 2.000 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.