Luar Biasa Kasus DBD, Dua Orang dalam Sehari

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kampar, tampaknya masih terus berlanjut. Dinas Kesehatan Kampar

BANGKINANG, TRIBUN - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kampar, tampaknya masih terus berlanjut. Dinas Kesehatan Kampar mencatat, sedikitnya dua orang dalam sehari terjangkit DBD.

Dinas Kesehatan Kampar memperbaharui data kasus DBD dan dicatat di sebuah papan kontrol setiap hari. Pantauan Tribun, dari data yang tersaji di papan kontrol, pasien DBD yang terdata 1-9 orang per harinya.

Penambahan terbanyak terjadi pada 14-15 November 2011 lalu, masing-masing 9 dan 6 orang. Tanggal 16-23 November, terdapat tiga kecamatan yang paling sering diserang DBD. Di antaranya, Tapung, Kampar dan Rumbio Jaya. Menyusul, Siak Hulu dan Gunung Sahilan.

Secara keseluruhan, jumlah kasus DBD di Kampar mencapai 225 orang. Dimana 13 orang di antaranya meninggal dunia. "Ini masih yang ter-cover. Mungkin ada saja yang tidak terdata," kata seorang staf di Dinkes Kampar saat sedang mencatat jumlah penambahan kasus di papan kontrol, Kamis (24/11).

Kecenderungan meningkatnya jumlah kasus DBD hingga 23 Nopember, dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan, Herlyn Rahmola. Herlyn mengatakan, status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD yang ditetapkan 11 Nopember lalu belum bisa dicabut.

Ia tidak bisa memastikan hingga kapan status KLB di Kampar boleh dicabut. Seluruh jajaran bidang kesehatan diimbau untuk tetap peka terhadap kasus DBD yang terus-menerus menyerang masyarakat.

"Boleh dicabut, kalau jumlah kasus terus menurun dan tidak mengkhawatirkan lagi," ujar Herlyn pada wartawan saat ditemui di kantornya, kemarin pagi.
Namun sangat disayangkan. Upaya pemerintah melalui Dinas Kesehatan dalam menekan kasus DBD terbentur peralatan saat Kampar ditetapkan status KLB, seperti sekarang ini. Apalagi, alat itu berfungsi untuk upaya pencegahan.

Herlyn mengungkapkan, Dinkes Kampar kekurangan alat fogging. Disebutkannya, Dinkes hanya memiliki delapan alat fogging saja. Sebenarnya, kata Herlyn, Dinkes memiliki puluhan alat fogging.

Namun, alat tersebut sudah uzur dan sama sekali tidak bisa dipakai lagi. Bisa dikatakan, upaya Pemkab Kampar memerangi DBD hanya sebatas memberikan pengobatan saja. Sementara upaya pemberantasan nyamuk, Pemkab masih memiliki keterbatasan.

Herlyn mengatakan, Dinkes sudah mengajukan anggaran untuk membeli alat fogging yang baru. Namun, pengajuan itu dipastikan masuk dalam APBD 2012. Padahal, Herlyn menyadari jumlah alat fogging masih kurang untuk dioperasikan pada 21 kecamatan di Kampar.

Ia berharap, Dinas Kesehatan Provinsi Riau membantu mereka untuk menambah armada fogging yang masih kurang. Ia tidak menyebutkan berapa jumlah alat fogging yang harus ditambahi. Kasi Surpelen dan Imunisasi, Usman menyebutkan, kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk turut berpartisipasi memberantas sarang nyamuk.

 Kesadaran itu berupa menjaga lingkungan hidup dari genangan air yang berkemungkinan menjadi tempat nyamuk berkembang biak. "Karena, kalau hanya satu rumah saja yang bersih, tapi lingkungannya kotor, tetap aja tidak berpengaruh. Nyamuk tetap bisa berkembang biak," kata Usman.

Menurut Usman, cara yang paling ampuh untuk memerangi DBD adalah dengan memberantas sarang nyamuk. Itu harus dimulai dari kesadaran masyarakat secara global. Jika dulu nyamuk sering menyerang masyarakat yang tinggal di perumahan kumuh, beda sekarang.

Bahkan, tuturnya, DBD sudah sampai di perumahan elit. Kemudian, jika biasanya DBD menyerang anak-anak. Namun, sekarang lebih cenderung orang dewasa. "Itu terjadi di seluruh Indonesia," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved