Berita Riau
BRG Restorasi 19.835 Ha Lahan Gambut di Riau, Basahi Gambut dengan Bangun Sekat Kanal dan Sumur Bor
Realisasi restorasi gambut pada 2018 juga cukup tinggi, mencapai 71 persen dari total areal yang direncanakan pada tahun itu seluas 109.500.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Afrizal
Laporan Wartawan Tribunpekanbaru.com, Guruh Budi Wibowo
TRIBUNPEKANBARU.COM,PEKANBARU- Deputi III Badan Restorasi Gambut (BRG), Myrna A Safitri mengatakan tetap akan menjalankan program restorasi gambut di Riau.
Pada tahun 2019 ini, BRG menargetkan akan merestorasi areal gambut seluas 19.835 hektare.
"Upaya BRG tetap sama dengan tahun-tahun sebelumnya, pembasahan gambut dengan cara membangun sekat kanal dan sumur bor," ujar Myrna, Jumat (4/1/2019).
Selain itu, BRG juga masih menjalankan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat gambut dan juga program desa peduli gambut.
Myrna menjelaskan, realisasi restorasi gambut pada 2018 juga cukup tinggi, mencapai 71 persen dari total areal yang direncanakan pada tahun itu seluas 109.500.
"Memang ada sedikit kendala yang menjadi penyebab tidak mencapai 100 persen pada tahun 2018 lalu. Kendalanya lantaran 87 persen dari areal restorasi masuk dalam konsesi HTI," ujarnya.
Baca: BRG Ungkap Inilah Penyebab Lahan Gambut Riau Rawan Terbakar, Ada Kaitannya dengan Kanal
Baca: 3 Pasal yang Bisa Menjerat Pembakar Lahan, Ancamannya Penjara Hingga Denda Rp 10 Miliar
Untuk melakukan restorasi di areal konsesi tersebut, BRG harus merujuk pedoman pelaksanaan dari KLHK.
"Namun saat ini telah dipersiapkan oleh KLHK," ujarnya.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Fuad menjelaskan, masih rawannya lahan gambut di Riau terbakar lantaran keadaan hidrologis gambut yang sudah lama kering.
Keringnya lahan gambut di Riau disebabkan oleh kanal besar yang sengaja dibangun untuk mengeringkan lahan gambut.
"Meskipun sudah kita sekat, namun butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkannya," ujar Nazir Fuad, Jumat (4/1/2019).
Bahkan kata Nazir, pemulihan tersebut bisa memakan waktu hingga puluhan tahun.
Hal itu tidak hanya di Indonesia saja, di negara maju yang sudah menggunakan teknologi seperti Amerika juga membutuhkan waktu yang sangat lama.
Baca: Ibu-ibu di Kampung Kayu Ara Sungai Apit Panen Bawang Merah Perdana di Lahan Gambut
Baca: BREAKING NEWS: 2 Warga Pingsan, Api Kebakaran Lahan Perbatasan Rohil Mulai Merambat ke Dumai
"Amerika saja membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. Apalagi mayoritas lahan gambut di Riau banyak dikanalisasi. Kanalnya juga cukup lebar," ujarnya.
Kendati masih ada kasus kebakaran lahan gambut yang terjadi di tahun 2018 ini, namun Nazir mengaku masih bersyukur.
Sebab, di kawasan desa binaan dan mitra BRG, potensi kebakaran lahan gambut bisa ditekan hingga 90 persen.
"Kendati ada hotspot, potensi kebakarannya tidak terlalu tinggi," ujarnya.(*)