Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Riau

Angka Stunting di Riau Masih Tinggi.Paling Banyak di Kampar

Stunting di Riau masih tinggi, khususnya di daerah Kampar. Salah satu pengaruhnya adalah letak geografisnya dan akses jalan yang sulit.

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Hendra Efivanias
TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) mengikuti senam bersama sebelum dimulainya dialog bersama dalam rangka pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Riau 2019 yang digelar di Labersa Grand Hotel dan Convention Centre Pekanbaru, Jalan Labersa, Tanah Merah Siak Hulu Kampar, Senin (25/3/2019). 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Menteri Kesehatan RI, Nila Djuwita F Moeloek mengungkapkan usia harapan hidup di Provinsi Riau sama dengan rata-rata nasional, yakni 71 tahun.

Selain itu, pihaknya juga menemukan kesamaan angka rata-rata nasional untuk angka sakit yakni 8 sampai 9 tahun.

"Artinya masyarakat kita itu 8 sampai 9 tahun hidup dalam kondisi sakit," kata Nila disela Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Riau 2019 yang digelar di Labersa Grand Hotel dan Convention Centre Pekanbaru, Jalan Labersa, Tanah Merah Siak Hulu Kampar, Senin (25/3/2019).

"Dari pemaparan kabupaten/kota terhadap sngka kematian ibu, tadi terlihat di Dumai angka kematian ibu menurun drastis," ujarnya.

Baca: 86,99 Gram Sabu Hasil Tangkapan Polres Kampar Diblender

Baca: Mayat Bayi yang Ditemukan di Sungai Pudu Kecamatan Mandau Dibungkus Karung Plastik

Tidak hanya itu, dalam Rakerkesda Riau 2019 tersebut, diungkapkan, bahwa stunting di Riau masih tinggi di beberapa kabupaten/kota di Riau.

"Stunting di Riau masih tinggi, khususnya di daerah Kampar. Karena letak geografisnya dan akses jalan yang sulit. Sehingga ini tidak hanya dari Kementerian Kesehatan saja, tapi harus lintas kementerian. Karena akses jalan itu kan (tugas) Kementerian PU," katanya.

Pada Rakerkesda ini Kemenkes juga mengungkapkan bahwa dari tahun 1990 hingga 2017 sebanyak 70 persen masyarakat Indonesia akan menjadi beban negara dengan penyakit tidak menular.

Baca: Setelah Sertijab, Komandan Brimob Diminta Langsung Turun ke Lapangan

Apalagi ditambah dengan populasi Lansia yang semakin tinggi. Secara nasional penyakit stroke naik 93 persen dan diabetes naik 157 persen.

"Stroke nya naik 185 persen, sakit jantung 241 persen, diabetes 358 persen," ujarnya.

Menurutnya bila angka ini terus naik, tentu saja akan memberi beban pada pengeluaran pelayanan kesehatan yang juga akan ikut naik.

Dijelaskan Nila, oleh sebab itu kegiatan promotif dan preventif yang merupakan implementasi program gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) harus selalu digalakkan dan digaungkan.

"Kenapa saya bicara seperti itu, karena perilaku, lingkungan, gangguan metabolik, ini penyebabnya semua, karena itu kita perlu promotif preventif," kata Nila.

Sementara Wakil Gubernur Riau, Brigjen TNI (Purn) Edy Natar Nasution dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam rangka percepatan mutu sarana dan prasarana pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit, Pemerintah Provinsi Riau telah memberikan bantuan keuangan pada setiap kabupaten kota di Provinsi Riau yang telah diprogramkan sejak tahun 2016 hingga saat ini.

"Dengan kegiatan di antaranya pembangunan 26 Puskesmas, pengadaan ambulans sebanyak 43 unit, pengadaan pos kesehatan desa sebanyak 28 unit, alat kesehatan di berbagai pelayanan fasilitas kesehatan serta berbagai sarana dan prasarana lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, karena jumlahnya memang cukup banyak," tutur Edy.

Dalam kesempatan itu, ia juga berterimakasih dengan adanya dana alokasi khusus fisik dan non fisik dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai upaya memenuhi sarana dan prasarana kesehatan agar lebih berkualitas.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved