Penangkapan Terduga Teroris
Detik-detik Penggerebekan Densus dan Sengitnya Perlawanan Teroris
Ramdhan Wijaya Umbara warga yang tinggal sekitar 100 meter dari lokasi penyergapan melihat Nani menangis meratapi nasib anak-anaknya.
TRIBUNPEKANBARU.COM, BANDUNG - Nani Nabila (35) terlihat panik. Dia hilir mudik, lalu menangis menjerit-jerit saat sejumlah personel Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri menyerbu pekarangan rumahnya di Kampung Baturengat, Cigondewah Hilir, Kabupaten Bandung. Tangis semakin menjadi karena mengetahui dua anaknya yang masih kecil, Jasen (4) dan Merlin disandera terduga teroris.
Ramdhan Wijaya Umbara warga yang tinggal sekitar 100 meter dari lokasi penyergapan mengatakan melihat Nani menangis meratapi nasib anak-anaknya.
"Ibu Nani itu menangis sejak pagi. Warga menduga anak ibu itu, umurnya sekitar lima tahunan yang disandera kelompok teroris," ujar Ramdhan saat berbincang dengan Tribunnews.com melalui telepon tadi malam.
Dia mengaku mengetahui sejak awal proses penyerbuan. Sekitar pukul 09.00 WIB, sepasukan Densus memasuki perkampungan yang merupakan sentra industri garmen tersebut. Sejak pagi, pasukan menggunakan pakaian preman dengan menggunakan topi penutup wajah.
Begitu tiba, Densus langsung memblokir jalan. Situasi menegangkan, warga panik, histeris, menangis.
"Yang menangis ada satu dua orang. Tapi si ibu Nani, dari pagi menangis, dari jam sembilanan. Dia adiknya yang punya warung, dan Densus menembak dari belakang rumahnya," kata Ramdhan yang lulus dari Pondok Pesantren AlBasyariyah dan berjarak tak jauh dari rumah kontrakan terduga teroris.
Ketua RT 2 RW 8 Mohammad Sodik mengatakan hal serupa.
"Pelaku menyandera dua anak kecil di dalam rumah kontrakan," kata M Sodik. Menurutnya Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri lama tembak-menembak dengan lima orang terduga teroris di sebuah rumah kontrakan. Tim Densus belum bisa melumpuhkan terduga karena mereka menyandera dua orang anak di dalam rumah tersebut.
Polisi tak berani masuk dan memberondong tembakan karena takut mengenai kedua anak yang disandera. Ia mengatakan, pelaku memberikan perlawanan kepada aparat polisi yang mengelilingi rumah tersebut.
Polda Jawa Barat membantah adanya informasi tersebut.
"Tidak ada penyanderaan," ujar Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Martinus Sitompul.
Gofar (38), suami Nani, dan ayah dua anak yang jadi korban sandera mengaku kaget mendapat kabar dua anaknya disebut-sebut menjadi sandera teroris. Terlebih, terduga teroris yang diberitakan media massa adalah tetangga sebelah kontrakannya selama ini.
Ia penghuni rumah kontrakan yang bersebelahan dengan kamar terduga teroris.
Pria yang sehari-hari berjualan martabak di salah satu sekolah tak jauh dari rumahnya itu pun bergegas pulang. Ia bersyukur, ternyata kedua anaknya Jasen (4) dan Merlin serta istrinya, Nani Nabila (35) berhasil diamankan Densus.
"Tadi kan di teve dibilangin, ada anak disandera. Itu anak saya. Enggak ada. Tadi itu, istri dan anak saya langsung menutup pintu. Disangkanya disandera. Tadi, sekitar jam satu sudah diamankan di rumah Pak RT. Kaget aja," ujar Gofar.
Pria asal Brebes ini mengungkapkan tidak mengenal betul tetangga sebelah kontrakannya. Gofar bersama istri dan kedua anaknya baru tinggal di kontrakan milik pengusaha konveksi, Anda Suhandi, sejak sekitar 1, 2 bulan lalu. Sedangkan, terduga teroris diperkirakan sudah 1,5 bulan dan sudah terlebih dulu menempati kontrakan kamar bercat merah itu.
Penggerebekan sekelompok terduga teroris di Kampung Batu Rengat, Cigondewah, Kabupaten Bandung, Rabu (8/5/2013) bermula dari penangkapan seseorang bernama Wiliam Maksum di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (7/5/2013).
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Agus Rianto di Mabes Polri, Jakarta Selatan. Penggerebekan dikatakan diawali penangkapan Wiliam Maksum (WM) alias Acum alias Dadan, sekitar pukul 15.30 WIB.