Alexis Ditutup
Hijrah Ke Palembang, Mantan Pemijat Hotel Alexis Tetap Tawarkan Pijat Plus
Pasca ditutupnya Hotel dan Griya Pijat Alexis di Jakarta, bisnis panti pijat, Spa, dan pijat tradisional di Kota Palembang malah semakin subur.
Sentuhannya begitu pun lembut ditambah body lotion nyaris tak ada pijatan.
Badan capek dan pegal-pegal pun bukannya hilang tetapi bertambah sakit, dan tubuh menjadi terangsang karena lembut elusan tangan terapis.
Namun dibalik semua itu, usai menjalankan tugasnya, wanita tersebut menawarkan layanan seks dengan tarif antara Rp 200 ribu hingga Rp 350 ribu.
Jika pengunjung tak mau berhubungan seks, wanita itu menawarkan seks lain berupa hand job dan oral.
Tarifnya pun hanya Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu, itu sudah termasuk tips pijatan tadi.
Dengan rayuan gombal, dan bujuknya, sang terapis pun mulai merangsang sang tamu.
Tak ayal banyak tamu yang kesengsem. Ujung-ujung, mereka nego. Jika harga cocok, terapis langsung melayani hasrat tamu.
"Bang kesini sendiri ya atau ada yang menemani? " kata terapissambil memijat tubuh sang tamu.
"Bang kesini cuma pijat aja ya bang. Abang mau lebih tidak, udah tanggung ini. Aku juga udah lama tidak gituan, karena aku janda," ungkap salah satu terapis asal Sukabumi. Sebut saja namanya Ayu (19).
Ia mengaku memang pernah bekerja di Hotel dan Griya Pijat Alexis.
Sebelum ditutup, ia dan beberapa temannya memutuskan hijrah ke Kota Palembang.
Setelah diajak bercerita, bagi janda satu anak ini pun, memijat bukanlah keahliannya.
Ia hanya belajar otodidak dari teman-temannya agar bisa diterima di panti pijat plus-plus.
"Saya memijat sebenarnya tidak bisa, tetapi saya mencari uang tambahan dari tips tamu."
"Bermodalkan seksi dan genit sudah cukup. Biar tamu tertarik dan bisa minta lebih (bisa gituan-red) dan dibayar," katanya sambil tersenyum malu, dan bertanya abang kok kepo ya tanya-tanya terus.