Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kepulauan Meranti

Tak Gunakan Kurikulum, Guru SD di Pedalaman Meranti Sesuaikan dengan Kearifan Lokal

Sebab, sistem pendidikan terhadap warga pedalaman harus disesuaikan dengan kearifan lokal di sana.

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Afrizal
tribunpekanbaru/guruhbudiwibowo
Guru SDN 10 Lukun, Desa Batinsuir, Kecamatan Tebingtinggi Timur harus menggunakan kapal pompong sebagai transportasi ke sekolah. 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Guruh BW

TRIBUNPEKANBARU.COM, SELATPANJANG- Guru sekolah dasar di daerah pedalaman, Dusun Parit III, Desa Bathinsuir, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti tidak memerlukan kurikulum saat proses belajar dan mengajar anak-anak pedalaman, Suku Akit di sekolahnya.

Sebab, sistem pendidikan terhadap warga pedalaman harus disesuaikan dengan kearifan lokal di sana.

"Sistem pendidikan berdasarkan kurikulum tidak bisa diterapkan di sana. Kalau diterapkan, muridnya tidak ada yang datang," ujar Kepala SDN 10 Lukun, Desa Bathinsuir, Suardi, Minggu (12/11/2017).

Baca: Putusan MA Terhadap Suparman, Gubri : Kita Hormati Putusan Hukum

Baca: 22 Tahun Tapaki Jalan Berlumpur, Alasan Guru Ini Mengabdi di Daerah Terpencil Bikin Kagum

Anak-anak Suku Akit di sana bisa menghitung, membaca dan menulis saja, Suardi sudah bersyukur.

Suardi menuturkan mengajar murid-murid dari Suku Akit di Dusun Parit III,  tidak dapat disamakan dengan mengajar murid pada umumnya.

Sebab, warga pedalaman masih beranggapan tidak memerlukan pengetahuan seperti itu.

"Mereka hanya membutuhkan pengetahuan praktis yang berguna untuk kelangsungan hidup saja. Sebab itu bisa saja mereka membaca, menulis dan berhitung sudah cukup bagi mereka," ujarnya.

Baca: Bilang Penanganan Banjir Terkesan Seremonial, Anggota DPRD Ungkap Fakta Ini

Baca: Pengunjung Karaoke Buka Baju, Dekati Petugas Razia, Selanjutnya Malu Sendiri

Kendati demikan, setiap kali Ujian Nasional digelar, murid-muridnya lulus semuanya.

"Sejak sekolah ini berdiri anak-anak peserta UN lulus semua, namun hanya beberapa saja yang sampai ke kelas VI. Sebab, sebagian sudah berhenti karena malu sekolah karena sudah dewasa," ujar Suardi.

Suardi menjelaskan saat ini sekolahnya memiliki 52 murid, mayoritas murid-muridnya adalah anak suku Akit.

Kendati demikian, ia tidak membeda-bedakan murid dari suku Akit dengan murid lainnya.

Baca: Klik Link dari Email, Uang di Rekening Wanita Ini Langsung Ludes! Ngeri!

Baca: Wanita Wajib Tahu! Ini Ciri Pria yang Sudah Tak Perjaka

"Meskipun tida ada dibedakan, namun ada perlakuan khusus bagi anak-anak Akit. Sebab, murid dari suku Akit, sekolah kalau sedang ingin saja. Kalau bosan mereka libur dulu dengan alasan membantu orangtua cari kayu atau ke kebun," ujar Suardi.

Ia juga tidak bisa menerapkan kedisiplinan dengan tegas bagi murid-muridnya, sebab ketegasan itu akan mengakibatkan anak-anak suku Akit takut untuk pergi ke sekolah.

"Kalau tegas, mereka tidak ada yang datang dan tidak mau lagi sekolah," ujarnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved