Pensiunan Bank Ini Mudik ke Solo Naik Sepeda, Begini Persiapannya
Tidak tanggung-tanggung, ia jalani perjalanan mudik dengan cara mengayuh sepeda dari Jakarta menuju Solo, Jawa Tengah.
"Istri dan kedua anak saya berangkat naik mobil dari Jakarta pada H-1. Mereka paling nanti ketemu di jalan," katanya.
Banyak pelajaran berharga saat menjalankan mudik bersepeda.
Pria yang juga hobi naik gunung itu mengatakan, banyak orang di jalan yang peduli kepadanya.
"Dari yang sudah-sudah kalau makan, kebanyakan tidak membayar. Malah kadang-kadang saya dikasih uang sampai Rp 50.000. Banyak orang peduli kepada saya," kata pensiunan bank pelat merah ini.
Agar lebih nyaman di perjalanan, Bowo memodifikasi beberapa bagian sepeda yang digunakan.
Ia menambah lima kain busa bekas sofa yang dibungkus kain sarung sebagai dudukan.
Pada sepedanya juga dilengkapi dengan peralatan P3K, pakaian, matras tidur, alat perkakas, hingga alat tambal ban, dan pompa mini untuk menambah angin.
"Itu semua peralatan wajib disiapkan, kalau ban bocor atau kempes sulit carinya. Jadi harus siap dan bisa tambal sendiri," kata Bowo.
Bowo mengatakan, membawa satu setel baju dan celana, dan kalau mandi di masjid atau banyak lah tempat.
"Kalau tidur saya lebih milih diemperan toko atau digubuk penjual makanan. Biaya konsumsi per hari sekitar Rp 125.000 itu untuk makan, minum, dan rokok," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Pensiunan Bank yang Mudik ke Solo Naik Sepeda: Alasan hingga Persiapan, http://www.tribunnews.com/nasional/2018/06/09/cerita-pensiunan-bank-yang-mudik-ke-solo-naik-sepeda-alasan-hingga-persiapan?page=all.
Editor: Malvyandie Haryadi
